Sukses

Produsen Diminta Perbaiki Kualitas Material Infrastruktur

Secara pemetaan tenaga kontraktor di Indonesia masih kekurangan suplai material dari dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendesak produsen material infrastruktur dalam negeri agar memperbaiki kualitas barang yang diperdagangkan serta mempermurah harganya.

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin melaporkan secara pemetaan tenaga kontraktor di Indonesia masih kekurangan suplai material dari dalam negeri.

"Yang tersimpan secara keseluruhan dari 5 pulau besar di Indonesia ini hanya batu kali. Tapi yang lainnya ada kekurangan," ujar dia di Jakarta, Selasa (2/10/2018).

Dia menyatakan, kontraktor acapkali masih mengimpor bahan material untuk membangun suatu proyek. Padahal, jika ditilik lebih lanjut, stok dalam negeri tersebut sudah berlebih.

"Misalnya semen, sesungguhnya itu sudah oversupply. Kita sudah cek ke pabrik, itu tidak habis 6 tahun ke depan stok yang ada. Jadi memang seharusnya kita tutup pintu impor untuk semen, agar supaya industri semen juga bisa bangkit," papar dia.

"Saya kira ini juga jadi bagian yang harus diinformasikan, sehingga kondisi kenaikan kurs dan sebagainya seharusnya tidak mempengaruhi terhadap pekerjaan kita," dia menambahkan.

Sebagai bentuk pemanfaatan material lokal, dia coba menyinggung aspal Buton yang sering dipandang sebelah mata oleh tenaga kontraktor dalam negeri.

"Tapi kenapa barang ini diekspor ke China? Saya kira ini tantangan. Saya rasa bagaimana kita kembali memanfaatkan material dalam kita, karena sesungguhnya kita punya potensi material cukup besar, sehingga kita bisa mandiri," tegasnya.

Terkait bahan material lain, Syarif pun meminta produsen baja dalam negeri untuk menurunkan harga jualnya yang terlampau mahal.

"Baja memang jadi bagian yang kadang-kadang kita impor. Tapi banyak juga baja-baja kita yang diproduksi dalam negeri tapi kita tidak beli karena harganya mahal. Sehingga kami sampaikan pada teman-teman pabrik baja, mohon turunkan harganya," pintanya.

"Hal seperti ini yang perlu jadi pembelajaran, karena kontraktor inginnya bahan yang murah tapi dengan kualitas yang bagus. Kalau ada yang murah pasti akan kita cari. Ini yang jadi tantangan pemerintah agar secara harga kita bisa bersaing," tutup dia.

 

2 dari 2 halaman

Hasil Kerja Kontraktor RI di Aljazair Lebih Baik dari China

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mendorong BUMN Karya agar mampu berkiprah di luar negeri.

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Syarif Burhanuddin, mengatakan saat ini beberapa kontraktor lokal seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (Wika) telah mampu menunjukkan tajinya di negara lain seperti Aljazair, Afrika Utara.

"Ada jalan yang dikerjakan teman Wika kita di sana antara 2007-2013, sekitar 200 km dari Algier. Kita coba jalan ke sana, memperlihatkan bagaimana kualitas pekerjaan yang dilakukan bangsa kita," ujar dia di Jakarta, Selasa (2/10/2018).

"Dan itu melewati pekerjaan yang dilakukan oleh China. Yang dikerjakan oleh China itu sudah 3 kali diperbaiki, Wika belum. Ini saya kira suatu kebanggan buat kita," tambahnya.

Dampaknya, dia melanjutkan, Wika telah berhasil merebut kepercayaan Pemerintah Aljazair yang kemudian menyodorkan proyek baru lain berupa pembangunan rumah susun. 

"Pemerintah Aljazair memberikan lagi pekerjaan kepada teman2 Wika, itu membangun semacam rumah susun milik sebanyak 5 ribu unit. Desember ini akan dilakukan MoU dengan tim Kementerian Perumahan di sana," ungkap dia.

Ke depan, Syarif menyebutkan, pemerintah mendukung agar pihak kontraktor lokal dapat lanjut menembus potensi pasar infrastruktur di luar negeri, terutama di kawasan Afrika dan Asia.

Agar misi itu dapat tercapai, ia juga meminta bantuan dari para Duta Besar Indonesia agar mau menjembatani langkah BUMN Karya dalam negeri untuk berkiprah di kancah global.

"Saya kira peran duta besar-duta besar kita ini sangat penting. Kita berharap mereka bisa berperan untuk bisa bridging, karena kuncinya seperti itu," ujar dia.

 

 

 

 

Â