Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah sentuh 15.042 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa pekan ini. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, pun angkat bicara mengenai hal tersebut.
Luhut menilai, meski nilai tukar rupiah sentuh 15.000 per dolar AS tetapi ekonomi Indonesia masih dalam keadaan baik. "(Dolar 15 ribu?) Tidak apa-apa. Dolar AS sentuh Rp 15.000, naiknya bertahap tetapi kita harus lihat itu utuh tidak boleh satu. Jadi itu mungkin real value daripada Rupiah itu," kata Menko Luhut saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Selasa (2/10/2018).
"Jadi Rp 15.000 tidak apa-apa juga. Inflasi kita jalan tidak? Ekonomi kita bagus tidak? Ya sudah. Kalau inflasi kita ikut jelek ya kita ikut khawatir ya," tambah Luhut.
Advertisement
Baca Juga
Luhut mengatakan, depresiasi nilai tukar rupiah saat ini tidak dirasakan di Indonesia saja. Sebab, pergerakan ekonomi dunia sendiri memang saat ini sedang mengalami keterlambatan akibat dari kebijakan Amerika Serikat (AS).
Luhut menambahkan, yang terpenting saat ini adalah bukan pada persoalan pelemahan nilai tukar rupiah. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah apabila harga minyak dunia naik.
"Yang perlu kita waspadai harga minyak ini kalau naik 80-90 dolar AS itu apa yang harus kita lakukan. Ya lihat saja sekarang sedang kami hitung dengan cermat," kata dia.
Seperti diketahui, harga minyak melonjak lebih dari USD 2 per barel, naik ke level tertinggi sejak November 2014, ditopang sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dan kesepakatan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang mendorong permintaan minyak.
Dilansir dari Reuters, Selasa 2 Oktober 2018, harga minyak Brent berjangka naik USD 2,25 atau 2,7 persen menjadi USD 84,98 per barel. Usai penutupan perdagangan, kontrak terus menguat, naik ke USD 85,45 per barel, perdagangan pertama di atas USD 85 sejak November 2014. Harga minyak AS berjangka naik USD 2,05 per barel menjadi USD 75,3 per barel, tertinggi sejak November 2014.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka
Rupiah Melemah
Sebelumnya, nilai rupiah ditutup melemah dan melewati level psikologis 15.000 per dolar AS. Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup 15.042 per dolar AS pada Selasa 2 Oktober 2018. Sementara, hari ini IHSG juga ditutup menurun 68,98 poin atau 1,16 persen ke level 5.875,62. Padahal, pada pagi ini IHSG sempat menguat ke 5.947,25.
Beberapa pekan lalu, rupiah memang sempat menyentuh 15.000 per dolar AS tetapi sempat menurun sebelum penutupan. Tetapi, hari ini rupiah tetap di angka 15.000 per dolar AS sampai penutupan.
Financial Times mencatat bahwa langkah Bank Indonesia berhasil untuk menenangkan rasa panik awal dari kemungkinan terjadinya situasi krisis seperti di Turki dan Argentina.
"Retorika hawkish dari bank sentral untuk melakukan aksi front-loaded dan pre-emptive telah membantu membatasi kepanikan awal dari penularan (kondisi ekonomi) pasar negara berkembang," ujar Nicholas Mapa.
Menurut CNBC, keadaan pasar Asia masih dipengaruhi oleh memburuknya situasi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Situasi ini diperparah dengan naiknya harga minyak, sebagaimana sanksi AS terhadap Iran mulai berpengaruh.
Indeks Kospi juga ditutup turun 29,31 poin (1,25 persen) persen ke level 2.390,57. Indeks Hang Seng juga turun 662,14 poin (2,38 persen) ke level 27.126,38.
Yang terpantau menghijau adalah indeks Nikkei yang naik 24,86 poin (0,10 persen) ke level 24.270,62 dan indeks Shanghai juga naik 29,58 poin (1,06 persen) ke level 2.821,35.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement