Sukses

Terus Bertambah, 3 Maskapai Kini Sudah Terbang ke Palu

Kementerian Perhubungan memastikan mulai hari ini penerbangan komersial ke Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu bertambah.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan RI memastikan mulai hari ini penerbangan komersial ke Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu bertambah. Jika sebelumnya hanya dua maskapai, kini bertambah satu lagi.

Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi menyebutkan jika sebelumnya sudah terbang Garuda Indonesia dan Wings Air, kini Nam Air menjadi maskapai yang ketiga.

"Hari ini sudah ada tiga penerbangan dan kita usahakan akan ada beberapa penerbangan lagi. Tanggal 1 sebenarnya sudah ada penerbangan, tapi itu penerbangan kemanusiaan yang dilakukan TNI," kata Budi Karya di kantornya, Rabu (3/10/2018).

Penambahan penerbangan ini akan terus ditambah tentunya dengan menggunakan pesawat kecil seperti ATR. Hal itu karena landasan yang bisa digunakan saat ini hanya 2.000 meter. Normalnya bandara ini memiliki runway sepanjang 2.550 meter.

Kerusakan runway tersebut, dijelaskan Menhub, terdapat di dua sisi, sisi 15 dan sisi 33. Untuk sisi 15, ada sekitar 250 m yang sedang konstruksi dan sisi 33 ada sekitar 300 meter yang rusak parah akibat retak.

Untuk perbaikan di sisi 15, dia menargetkan akan selesai dalam waktu paling lambat 2 minggu. Dan untuk sisi 33 diperkirakan akan membutuhkan waktu perbaikan sekitar 1-2 bulan.

"Jadi, kalau sisi 15 ini selesai, maka runway yang bisa digunakan menjadi 2.250 meter. Dengan demikian, pesawat jenis Boeing 737 atau Airbus 320 sudah bisa mendarat," pungkas Menhub.

2 dari 2 halaman

Kementerian ESDM: Seluruh Wilayah RI Rawan Bencana

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mewanti-wanti masyarakat agar selalu siaga dalam menghadapi musibah seperti gempa bumi, tsunami dan likuifaksi. Sebab, hampir seluruh wilayah di Indonesia dinyatakan rawan terkena bencana alam.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar menyampaikan, hampir seluruh kawasan Nusantara mulai dari Sumatera, Jawa, hingga Papua memiliki potensi yang sama untuk tingkat kegempaan, kecuali Kalimantan yang secara risiko lebih rendah.

Tapi, dia menambahkan, pemerintah tidak bisa memperkirakan secara pasti wilayah mana saja yang kemudian akan terkena guncangan gempa.

 

 

"Satu tempat dengan tempat lain berbeda, karena secara morfologi berbeda. Kita tahu bahwa secara geografis wilayah Indonesia ini diapit oleh tiga lempeng benua. Yang memang sampai saat ini para ahli mengatakan, itulah penyebab awal kejadian gempa karena ada tumbukan lempeng yang aktif," urai dia di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (3/10/2018).

Demi menanggulangi ancaman itu, pemerintah disebutnya telah menyiapkan langkah mitigasi untuk mengantisipasi terjadinya musibah seperti gempa bumi, tsunami, hingga likuifaksi. Antara lain dengan menyebar teknologi pemantau bencana hingga berhati-hati dalam melakukan pembangunan.

"Pentingnya lagi, mudah-mudahan para ahli dengan teknologi modern perlu peralatan pemantauan dengan proses-proses geologi yang harus banyak disebar di area-area rawan bencana," sebutnya.

"Teknik membangun, ini pun harus benar-benar diperhatikan untuk kemungkinan terjadinya gempa, tsunami dan likuifaksi," dia menambahkan.