Sukses

Harga Minyak Jatuh Dibayangi Prospek Kenaikan Pasokan dari Arab Saudi

Pelaku pasar mengambil keuntungan setelah harga minyak Brent naik ke level overbought yang paling teknis sejak Februari 2012 pada Rabu.

Liputan6.com, New York Harga minyak jatuh dibayangi prospek peningkatan produksi minyak mentah dari Arab Saudi dan Rusia, yang mendorong aksi ambil untung sehari. Ini usai harga minyak berjangka mencapai posisi tertinggi dalam empat tahun terdorong sanksi AS yang akan segera dilakukan kepada Iran, produsen minyak nomor 3 OPEC.

Melansir laman Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 1,71, atau 1,98 persen, menjadi USD 84,58 per barel. Pada hari Rabu, harga minyak Brent naik ke posisi tertinggi di akhir 2014 sebesar USD 86,74 per barel.

Adapun kontrak minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) di AS turun USD 2,08 menjadi USD 74,33 per barel.

Pelaku pasar mengambil keuntungan setelah harga minyak Brent naik ke level overbought yang paling teknis sejak Februari 2012 pada Rabu. Sementara minyak WTI mencatat posisi paling overbought sejak Januari.

Indeks kekuatan relatif (RSI) untuk minyak mentah Brent dan AS tercatat naik minggu ini ke atas 70, level yang sering dianggap sebagai sinyal pasar yang telah meningkat terlalu jauh. Namun pada hari Kamis, RSI kedua kontrak mundur ke bawah 70.

Hal yang turut mempengaruhi harga minyak adalah indeks pasar saham AS. Indeks S&P 500 mencatat penurunan satu hari terbesar sejak akhir Juni. 

Hal yang juga menekan harga minyak, persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, yang naik sekitar 1,7 juta barel periode 28 September hingga Selasa, mengutip laporan dari firma intelijen pasar Genscape.

"Kemunduran hari ini tampaknya sangat dipengaruhi penurunan tajam dalam ekuitas dan tampak seperti koreksi yang layak mengingat besarnya percepatan kenaikan harga baru-baru ini," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.

Harga minyak telah meningkat karena pasar bersiap menghadapi sanksi terhadap Iran yang berlaku pada 4 November.

Menteri Energi Saudi, Khalid al-Falih mengatakan pada hari Kamis bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak dapat meningkatkan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari, tetapi tidak memberikan sinyal bahwa kelompok produsen akan melakukannya.

Kerajaan berencana untuk menginvestasikan $ 20 miliar untuk mempertahankan dan mungkin memperluas kapasitas produksi cadangan minyak, yang saat ini memiliki kapasitas berkelanjutan maksimum sebesar 12 juta bpd.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

2 dari 2 halaman

Arab Saudi dan Rusia Meningkatkan Produksi Minyak Secara Diam-Diam

Sejumlah laporan media mengatakan bahwa Rusia dan Arab Saudi telah menaikkan produksi minyak secara diam-diam, dengan tujuan mendinginkan harganya di pasar global.

Disebutkan bahwa kedua produsen minyak mentah dunia itu mencapai kata sepakat pada bulan September, dan telah memberitahu Amerika Serikat (AS) tentang hal itu, sebelum pertemuan anggota OPEC di Aljazair, demikian sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Kamis (4/10/2018).

Sebelumnya, Presiden Donald Trump menyalahkan OPEC  atas tingginya harga minyak, dan meminta untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebelum pemilihan paruh waktu pada 6 November.

Kesepakatan itu juga menyoroti peran Rusia dan Arab Saudi yang makin sering memutuskan kebijakan produksi minyak secara bilateral, tanpa berkonsultasi dengan anggota OPEC lainnya.

Dalam serangkaian pertemuan, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih dan Menteri Energi Rusia Alexander Novak setuju untuk menaikkan produksi minyak dari September hingga Desember, menurut para sumber yang tidak diungkap identitasnya.

Harga minyak dunia sekarang sudah merangkak naik di atas US$ 85 (setara Rp 1,2 juta dengan kurs Rp 15.167 per satu dolar ) per barel. 

"Rusia dan Saudi sepakat untuk diam-diam menambah pasokan minyak ke pasar agar tidak terlihat bertindak atas perintah Trump,” kata salah satu sumber.

"Menteri Saudi memberitahu (Menteri Energi AS Rick) Perry bahwa negaranya akan menaikkan peroduksi, bila para konsumen meminta tambahan minyak," kata sumber lain.

Awalnya kedua negara berharap bisa mengumumkan tambahan produksi minyak sebanyak 500 ribu barel per hari.

Namun karena ditentang oleh sebagian anggota OPEC, termasuk Iran yang dikenai sanksi AS, keduanya pun memutuskan untuk menunda keputusan resmi hingga pertemuan besar pada bulan Desember.