Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) masih bertahan di angka Rp 15.100-an. Hal ini diyakini akibat pengaruh ekonomi global yang bergejolak.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, pelemahan nilai tukar ini disebabkan perang dagang antarnegara yang kian meluas. Strategi yang dimunculkan negara maju berdampak pada ekonomi negara berkembang.
"Ekonomi Amerika entah bagaimana itu, memang bagus. Heran kita. Jadi ekonomi AS memang bagus. Kedua, kelihatannya perang dagang sudah tidak bisa direm. Ini akan jalan. Masing-masing mulai mengembangkan strategi yang bercabang-cabang, sehingga untuk nariknya supaya berhenti susah. Perlu waktulah," ujar dia di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Menko Darmin menjelaskan, situasi ketidakstabilan global ini sulit untuk dihindari. Sebab, seluruh negara di dunia kini mulai mengamankan posisi dengan membuat kebijakan-kebijakan baru dengan negara mitra dagang.
"(Ketidakpastian) Ya masih akan jalan. Karena perangnya bukan makin reda melainkan makin variatif, makin dikembangkan macam-macam cara. Sehingga tidak sekadar kenaikan tarif. Sekarang sudah mulai, aku mau kasih turunkan tarif dari yang lain, ada yang bilang bikin perjanjian baru dengan ini. Jadi sudah makin ruwet," jelasnya.
Menyikapi hal ini, mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, pemerintah akan terus mengupayakan agar ekonomi Indonesia tetap kuat. Upaya menjaga ekonomi dalam jangka pendek dan menengah akan disampaikan dalam beberapa waktu mendatang.
"Sehingga, yang perlu kita lihat kalau midterm election yang November ini selesai, apa Trump masih begitu? Nah itu kita belum tahu. Jadi, oleh karena itu kita harus menyiapkan langkah jangka menengah. Tidak lagi sekadar jangka pendek. Apa saja itu, ya tunggu saja nanti kita akan jelaskan," tandasnya.
Â
Reporter: Anggun P Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Perang Dingin Bisa Terulang Akibat Perang Dagang
Kemenangan Amerika Serikat (AS) di Perang Dingin menghadirkan sebuah era yang disebut Presiden HW Bush sebagai Tatanan Dunia Baru. Sekarang, tatanan itu digoyang oleh Presiden Donald J Trump.
Trump, yang sejak masa kampanye merasa kesal karena AS dirugikan Tiongkok, sedang menggempur barang impor Negeri Tirai Bambu dengan tarif. Aksi saling balas tarif pun terjadi, dan terjadilah perang dagang.
Baca Juga
Dikhawatirkan, perang dagang yang berlangsung antara ASÂ dan Tiongkok akan mengancam kemunculan perang dingin ekonomi.
"Sekarang kita butuh berpikir apakah perang dagang ini akan berubah menjadi perang dingin ekonomi. Kami harap itu tak terjadi," ujar Jing Ulrich, Managing Director dan Wakil Ketua Asia Pasifik di J.P. Morgan Chase seperti dikutip CNBC.
Meski begitu, Ulrich masih optimistis akan adanya negosiasi antara kedua belah pihak. Rekonsiliasi dianggap diperlukan, sebab perang dagang tidak akan menghasilkan pemenang dan pihak yang terlibat akan sama-sama kalah.
"Tidak ada siapa pun di dunia yang akan untung (akibat perang dagang)," ucapnya. Dia mengatakan Tiongkok tidak akan mengubah kebijakan dalam negerinya karena tekanan dari luar.
Sampai sejauh ini, pemerintahan Presiden Trump masih belum menunjukkan tanda-tanda menyetop tarif terhadap barang impor Tiongkok, meski banyak pihak yang protes kebijakan tarif. Malah, Trump dilaporkan siap memberi tarif ke seluruh produk Tiongkok yang masuk ke AS.
Advertisement