Liputan6.com, New York - Harga minyak stabil usai naik ke level tertinggi dalam empat tahun pada awal pekan ini. Selama sepekan, harga minyak Brent dan Amerika Serikat (AS) menguat jelang sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran.
Harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat satu persen ke posisi USD 74,34 per barel. Sementara itu, harga minyak berjangka Brent turun 42 sen ke posisi USD 84,16 per barel. Pada perdagangan Rabu, harga minyak Brent sentuh level tertinggi sejak 2014 di posisi USD 86,74.
"Mereka mengambil posisi pause usai aksi jual kemarin," ujar Andrew Lipow, Presiden Direktur Lipow Oil Associates, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (6/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Selama sepekan, harga minyak WTI naik 1,3 persen dan harga minyak Brent mendaki 1,4 persen. Harga minyak menguat terbatas pada pekan ini usai Arab Saudi dan Rusia menyatakan akan menaikkan produksi untuk imbangi gangguan dari Iran.
Hal ini karena AS memberikan sanksi kepada negara produsen minyak ketiga terbesar di OPEC mulai efektif pada 4 November. Harga minyak naik 15-20 sejak pertengahan Agustus, dan level tertinggi sejak 2014.
Pemerintah AS ingin perusahaan dan negara lain berhenti beli minyak Iran untuk menekan pemerintahan Iran sehingga kembali negosiasi kesepakatan nuklir.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Sentimen Lainnya
Sentimen lainnya Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menuturkan, pihaknya berjanji untuk ganti pasokan minyak Iran. Arab Saudi sekarang memompa minyak mentah sekitar 10,7 juta barel per hari dan dapat menambahkan 1,3 juta barel lebih lanjut jika pasar membutuhkan itu.
India akan beli 9 juta barel minyak Iran pada November. Ini indikasikan importir minyak terbesar ketiga di dunia itu akan terus beli minyak mentah dari Iran. Banyak analis perkirakan ekspor Iran turun sekitar satu juta barel per hari.
Bank US Jefferies mengatakan pasokan minyak cukup untuk penuhi permintaan. Akan tetapi, kapasitas cadangan global berkurang ke level terendah. “S&P Global Platts melihat harga menguat sedikit jelang akhir tahun,” ujar Direktur S&P Global Platts Analytics, Chris Midgely.
Ia menambahkan, fundamental menunjukkan harga di USD 70 untuk Brent, tetapi kenyataannya di atas itu. Harga kemudian cenderung melemah pada kuartal I 2019 sebelum menguat USD 4-USD 5 per barel pada semester II 2018. Ini karena pasar antisipasi aturan pengiriman bahan bakar yang berlaku pada 2020.
Sementara itu, AS memangkas dua rig minyak dalam seminggu yang berakhir hingga 5 Oktober 2018. Peningkatan biaya dan kemacetan saluran pipa di ladang minyak menghambat pengeboran baru sejak Juni.
Saksikan video lain di bawah ini:
Advertisement