Sukses

Bank Hasil Merger BTPN dan Sumitomo Lebih Tahan Guncangan

RUPSLB BTPN sepakat menyetujui atas rancangan penggabungan usaha dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).

Liputan6.com, Jakarta - Penggabungan atau merger antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) diprediksi akan menghasilkan bank yang lebih tahan terhadap guncangan, termasuk jika berasal dari dinamika ekonomi global.

Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), A Tony Prasetiantono menjelaskan, ekonomi saat ini diwarnai dinamika yang sangat cepat dan sulit diprediksi. Oleh karena itu, institusi bisnis termasuk perbankan harus mengantisipasi agar mampu menghadapi potensi tekanan tersebut.

“Perbankan harus besar secara ukuran dan permodalan, sehingga mereka tahan banting. Ini jadi penting karena dinamika ekonomi saat ini dan ke depan akan semakin kompleks dan selalu ada risiko turbulensi,” kata Tony dalam keterangan tertulis, Senin (8/10/2018).

Bank hasil merger BTPN dan SMBCI diyakini akan memiliki ketahanan tinggi terhadap gejolak ekonomi yang ada. Salah satu sumber ketahanan tersebut berasal dari kekuatan modal. Berdasarkan prospektus, bank hasil merger BTPN-SMBCI akan memiliki total aset Rp 179 triliun dan ke depan akan mengantarkannya menjadi BUKU IV, bank dengan modal inti minimal Rp 30 triliun.

Merger juga menjadi pembuktian komitmen pemegang saham dalam mengembangkan bisnis BTPN. Nantinya, bank hasil merger akan memiliki pelayanan, penyaluran kredit, dan digitalisasi yang lebih kuat.

Tony menegaskan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) sebagai pemegang saham telah terbukti sebagai investor kuat dengan tingkat profitabilitas dan kehati-hatian tinggi. Saat mengelola SMBCI, sampai akhir kuartal II 2018, Net Interest Margin (NIM) SMBCI mencapai 1,19 persen dengan tingkat kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) hanya 0,15 persen.

SMBC merupakan pemegang saham pengendali BTPN dan SMBCI dengan kepemilikan masing-masing 40 persen dan 98,48 persen.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Menyetujui Merger

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat 5 Oktober yang dilaksanakan BTPN dan SMBCI secara terpisah, menyetujui rencana merger, termasuk susunan direksi dan komisaris baru serta perubahan anggaran dasar. Kedua bank menjamin selama proses merger aktivitas pelayanan akan tetap berjalan normal.

“Manajemen akan menyampaikan hasil RUPSLB ini kepada regulator sebagai bagian dari proses mendapatkan izin penggabungan usaha, namun dipastikan tidak akan mengganggu proses bisnis perusahaan karena manajemen saat ini tetap menjalankan tugasnya hingga tanggal efektif penggabungan,” jelas Jerry Ng, Direktur Utama BTPN.

RUPSLB menyetujui Mari Elka Pangestu tetap sebagai Presiden Komisaris (independen), sementara Ongki Wanadjati Dana ditunjuk sebagai Direktur Utama. Jajaran manajemen bank hasil merger masih menunggu persetujuan regulator dengan mengikuti proses fit and proper test.

Selain itu, pemegang saham juga menyetujui mempertahankan nama BTPN dengan visi baru, untuk menjadi bank pilihan pertama di Indonesia yang mendorong perubahan bermakna bagi kehidupan jutaan orang didukung oleh teknologi. Bisnis bank hasil merger akan diperluas dengan menggabungkan kekuatan BTPN dan SMBCI sehingga nantinya dapat menghadirkan layanan untuk segmen nasabah yang lebih beragam.

“Bank hasil merger akan memiliki cakupan lebih luas dan produk yang lebih beragam. Kami yakin BTPN yang baru akan mampu meningkatkan kualitas dan jangkauan layanan serta meningkatkan kepercayaan para nasabah,” kata Jerry.

Direktur Utama SMBCI, Kazuhisa Miyagawa menambahkan bank hasil merger akan tetap melayani nasabah korporasi dan lebih banyak nasabah dari berbagai segmen masyarakat.

“Produk, layanan, dan operasional kami akan lebih terintegrasi mencakup berbagai spektrum layanan perbankan dalam satu atap dan melayani masyarakat secara lebih luas, mulai dari perusahaan multinasional berskala besar, swasta, dan BUMN; hingga segmen mikro, UKM, pensiunan, dan ritel umum," pungkas Miyagawa.