Sukses

Strategi Garuda Hadapi Kenaikan Harga Avtur dan Pelemahan Rupiah

Pengembangan jaringan Garuda Indonesia perlu untuk terus dioptimalkan untuk meningkatkan performa revenue perusahaan.

Liputan6.com, Jakarta - Resmi ditunjuk sebagai Komisaris Utama Garuda Indonesia pada 12 September 2018 lalu, Agus Santoso yang sebelumnya menjabat Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub RI, memaparkan tren kinerja perusahaan dalam menghadapi tantangan industri penerbangan global di tengah tekanan nilai tukar rupiah.

Agus menekankan pentingnya mencermati dan memaksimalkan tren pasar di era digital dewasa ini. Seperti langkah taktis Garuda Indonesia yang kini melaksanakan Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) sebanyak dua kali per tahun.

"GATF bertujuan untuk lebih memasyarakatkan gaya hidup berwisata maupun untuk kepentingan mobilitas melalui penerbangan dalam maupun luar negeri", jelas Agus dikutip dari keterangan tertulis, Senin (8/10/2018).

Menanggapi dampak tren kenaikan harga avtur dan tertekannya nilai tukar rupiah terhadap harga tiket dan tren traveling masyarakat dari perspektif airline, Agus menekankan bahwa dalam kondisi sekarang perlu penetrasi pasar dengan pendapatan tiket dalam dolar AS seperti penetrasi pasar regional Asia dan Asia Pacific, serta pasar Australia.

Selain itu GMF sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia dengan pemasukan dolar AS juga akan diproyeksikan untuk terus dikembangkan mengingat pasar maintenance dikawasan regional sangat menjanjikan dan potensi kemampuan teknisi kita dapat dikatakan sudah bisa bersaing di level internasional, terbukti dengan berbagai pengakuan regulator internasional sekelas Amerika dan Eropa.

Penetapan harga tiket menjadi langkah menentukan yang perlu dicermati dengan baik, mengingat harga tiket merupakan critical point bagi maskapai untuk tetap sustain ditengah ketatnya persaingan industri penerbangan.

Adapun acuan pokok terkait penerapan tarif tiket penerbangan sudah diatur dalam kebijakan PM 14 tahun 2016 tentang mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas dan bawah penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri.

Dimana dalam aturannya memuat antara lain formulasi dan komponen tarif yang terdiri dari pajak, asuransi, biaya PSC pelayanan penumpang di bandara dan biaya tambahan (pilihan penumpang secara opsional).

Besaran tarif yang dibayar juga berbeda menurut kategori pelayanan maskapai (full services; medium service dan no frill). Namun demikian, peraturan tersebut tidak mengikat batasan tarif kelas bisnis yang lebih tinggi.

Hal tersebut yang tentunya dapat dioptimalkan oleh Garuda Indonesia yang juga dikenal atas layanan premium dengan segmentasi pasar menengah keatas untuk melakukan strategi dan penetrasi pasar di segmentasi pasar midle high tersebut.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Potensi Pendapatan

Menjawab pertanyaan tren kinerja maskapai Garuda Indonesia sejak dipercaya menjadi Komut baru Garuda Indonesia. Ia menjelaskan bahwa terdapat dua langkah utama yang ia arahkan terhadap manajemen. Yakni orientasi peningkatan revenue, dan memaksimalkan prosedural operasional yang tepat guna melalui prinsip prinsip cost leadership

Cost leadership tersebut satunya dilakukan dengan cara mensimplifikasikan aturan operasi yang non-mandatory untuk menghasilkan performa operasional yang taktis, adaptif, dan tentunya mengedepankan aspek safety dan layanan.

Ada beberapa langkah bersama yang saat ini tengah diinisiasikan Agus bersama dengan manajemen Garuda Indonesia, dalam kaspasitasnya sebagai Komut ia memberikan beberapa guidance dengan bekal pengalamannya di dunia penerbangan selama 33 tahun dan sebagai regulator direktorat jenderal perhubungan udara diantaranya melalui penggalaman dan wawasan akan road map pengembangan jaringan penerbangan.

Ia menilai capaian pengembangan jaringan yang dilaksanakan Garuda Indonesia saat ini perlu untuk terus dioptimalkan untuk meningkatkan performa revenue perusahaan.

Khusus untuk jaringan rute penerbangan long haul untuk sektor penerbangan Eropa juga harus diterus dioptimalkan secara konstruktif baik melalui pengkajian ulang efektivitas dan profitabilitas rute dengan menyelaraskan pada tren market di rute rute baru di Eropa.

Agus memaparkan prospek potensi pasar di langit Eropa juga masih menyimpan berbagai potensi komersial yang bisa dikembangkan. Untuk itu, Garuda juga harus memegang kendali atas potensi code sharing terhadap konektivitas penerbangan ke kota maupun negara lain di Eropa melalui hub penerbangannya di Amsterdam.

Selain itu Agus juga menekankan bahwa pentingnya memperkuat value brand image Garuda Indonesia dari aspek safety. Untuk itu, value brand tersebut harus tetap dipertahankan bahkan harus terus ditingkatkan levelnya, khususnya untuk mempertahankan loyalitas penumpang walaupun harga tiket Garuda Indonesia lebih tinggi dibanding dengan airline yang lainnya.

Â