Liputan6.com, Nusa Dua - Co-Founder dan Presiden Bukalapak, Fajrin Rasyid, menyatakan jumlah produk lokal di sektor bisnis e-commerce Indonesia saat ini masih lebih banyak dibanding produk impor dari luar negeri.
Untuk mendorong agar pelaku UMKM dalam negeri bisa merambah ke sektor ekspor, ia mengatakan, pelaku e-commerce Indonesia tengah menjajaki kerja sama dengan pihak luar untuk menggenjot produk lokal bermain di pasar global.
"Seperti contoh, Indonesia Eximbank (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia/LPEI) bekerjasama dengan Jumia dari Afrika. Jumia sebagai pemasar di sananya, sehingga merchant-merchant di Bukalapak bisa kerjasama dengan e-commerce asing," terang dia di sela-sela penyelenggaraan IMF-WBG di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Dia kemudian menegaskan, produk UMKM lokal bisa bersaing di pasar internasional jika posisi dalam negerinya pun sudah kuat. "Adapun cara supaya bisa ngurangin impor salah satunya dengan memperkuat produk lokalnya sendiri," imbuh dia.
Namun begitu, ia coba menengahi anggapan mayoritas produk di pasar e-commerce Indonesia kini lebih dikuasai oleh barang dari luar negeri.
"Ini juga yang suka miskonsepsi, karena beberapa regulator menganggap bahwa e-commerce itu mayoritas asing, barangnya juga impor. Saya enggak tahu itu data dari mana sebenarnya. Kayak contoh di Bukalapak, kita pernah survei sekilas, itu masih lebih banyak barang lokal," urainya.
"Saya enggak tahu seluruh platform, tapi tetap masih lebih banyak yang lokal," dia menambahkan.
Secara perhitungan, dia menyebutkan, 60 persen pasaran e-commerce dalam negeri masih dikuasai produk lokal, dan hanya 40 persen yang didatangkan dari luar. Akan tetapi, ia melanjutkan, produsen yang ikut langsung berperan di pasaran online saat ini jumlahnya cenderung masih sedikit.
"Untuk yang lokal ini cenderung masih sedikit prosentase yang produsen. Jadi banyak juga yang reseller, tapi reseller barang lokal, kayak jualan sambel atau jualan kerajinan lokal," kata Fajrin.
Lebih lanjut, Fajrin menerangkan, pelaku di pasar e-commerce Indonesia bisa diklasifikasikan ke dalam tiga jenis. Pertama yakni reseller barang impor, lalu reseller barang lokal, serta produsen langsung.
"Ini (produsen langsung) memang masih sedikit. Kalau ngomongin jumlah, berapa jumlahnya, mungkin baru sekitar 10-20 persen," papar dia.
Oleh karena itu, ia mengajak pemerintah selaku pembuat regulator untuk coba mengedepankan peran reseller lokal tersebut.
"Karena reseller lokal ini merupakan sesuatu yang mungkin bagus juga buat pemerintah, karena dia memberdayakan produsen lokal. Dengan adanya reseller lokal ini, produsen lokal omzetnya juga bisa bertambah," ujar dia.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Bukalapak Masih Berharap BI Kasih Lampu Hijau untuk BukaDompet
Sebelumnya, Bukalapak sampai saat ini masih berusaha keras agar dompet digital miliknya, BukaDompet, bisa digunakan secara optimal.
Pasalnya, sudah setahun Bank Indonesia (BI) membekukan layanan tambah saldo (top up) e-Commerce, termasuk di BukaDompet.
“Izin ke BI masih on progress, karena memamg sempat ada aturan baru jadi sekitar Mei kemarin kami dipanggil dan kami diberitahu soal itu,” ungkap Presiden Bukalapak, Fajrin Rasyid, saat ditemui di kantor Bukalapak di kawasan Jakarta, Kamis 27 September 2018.
Setelah pertemuan beberapa bulan itu, kata Fajrin, prosesnya pengurusan BukaDompet jauh lebih lancar dibandingkan sebelumnya. Respons dari BI sekarang juga jauh lebih baik.
“Kami sudah mencoba memenuhi persyaratan dan menyerahkannya kepada BI, dan semoga segera ada kabar baik. Sekarang juga lebih responsif,” tutur co-founder Bukalapak tersebut.
Meski BukaDompet belum bisa beroperasi secara optimal, Bukalapak memiliki sejumlah opsi pembayaran lain.
Selain pembayaran melalui rekening, kini ada fitur baru bernama Buka Dana, yang merupakan hasil kolaborasi dengan platform pembayaran Dana.
Buka Dana saat ini sudah tersedia di aplikasi Bukalapak versi iOS dan Android.
“Buka Dana menjadi channel baru untuk bertransaksi di dalam Bukalapak. Pengguna kini semakin mudah bertransaksi, karena semakin banyak pilihan untuk melakukan pembayaran,” kata Fajrin.
Kendati ada Buka Dana, Fajrin menampik Bukalapak akan menutup BukaDompet. Menurutnya, kehadiran Buka Dana akan semakin mempermudah konsumen melakukan transaksi.
“Segala kemungkinan memang ada, tapi kami tidak akan buru-buru untuk memutuskan soal penggantian itu, karena kan membutuhkan waktu juga. Yang pasti, Buka Dana sekarang hanya menjadi salah satu sarana pembayaran saja,” ungkap Fajrin.
Fajrin berharap, kehadiran Buka Dana akan semakin meningkatkan transaksi antara merchantatau pelapak dengan pembeli, mengingat Bukalapak saat ini memiliki lebih empat juta pelapak di Indonesia.
“Kami berharap dengan semakin mudah dan banyaknya pilihan melakukan transaksi, bisa meningkatkan omset para pelapak,” pungkasnya.
Hal yang sama disampaikan Chief Communication Officer Dana, Chrisma Albandjar.
Ia berharap pelapak dan pembeli bisa memanfaatkan opsi pembayaran baru ini dengan baik, sehingga akan membuat pengalaman bertransaksi online menjadi lebih menyenangkan.
“Sebagai open platform, kami berharap akan semakin banyak orang yang memanfaatkan metode pembayaran ini. Selain itu, dengan Buka Dana kini pelapak dan pembeli bisa bertransaksi lebih mudah tanpa harus bingung dengan tahapan pembayaran yang rumit,” jelas Chrisma.
Buka Dana kini sudah bisa digunakan di aplikasi Bukalapak. Ketika pengguna melakukan pembayaran, opsi Buka Dana akan muncul dan transaksi bisa langsung dilakukan.
Setelahnya, saldo di Buka Dana akan berkurang sesuai dengan jumlah transaksi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement