Liputan6.com, Jakarta - Ekonom International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional menilai nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jangan dipandang pesismistis. Hal ini mengingat pelemahan rupiah juga dipengaruhi sentimen eksternal.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah ke posisi terendah dalam dua dekade. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke posisi 15.233 pada 9 Oktober 2018.
Namun, Ekonom IMF Maurice Obstfeld menuturkan, sangat penting untuk disadari kalau pengetatan kebijakan moneter secara bertahap di AS, kawasan Euro dan pengetatan kondisi keuangan secara umum yang dihadapi pasar baru di seluruh dunia merupakan hal umum.
Advertisement
Baca Juga
"Masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan perkembangan global, adalah benar-benar kekuatan dolar AS,” ujar Obstfeld pada pertemuan IMF-World Bank, seperti dikutip dari laman Straits Times, Selasa (9/10/2018).
"Salah satu cara mengukur ini adalah mencatat meski rupiah tahun ini telah terdepresiasi terhadap dolar AS sekitar 10 persen. Kalau dengan mitra dagangnya hanya 4 persen,” tambah dia.
Ia pun tak ingin melebih-lebihkan hal tersebut. Ia menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan kisah sukses yang nyata. Hal ini di tengah kegelisahan rupiah melemah terhadap dolar AS.
Meski faktor kondisi keuangan global yang lebih ketat, dibayangi perang dagang AS-China, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan cukup kuat.
IMF juga menilai, pendapatan penduduk telah meningkat. Obstfeld menuturkan, pemerintah harus memanfaatkan momen ini untuk lebih meningkatkan kesejahteraan warganya.
"Untuk negara-negara di tingkat pendapatan Indonesia, kita harus berpikir kalau mungkin ada tingkat pendapatan tunai lebih tinggi yang akan memungkinkan investasi dalam sistem pendidikan, bidang infrastruktur, jaringan pengaman sosial yang semuanya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat," kata dia.
Ia menyarankan agar Indonesia dapat meningkatkan kemampuan tenaga kerja dan berjuang melawan ketidaksetaraan.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global pada 2017
Sebelumnya, The International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global. Ini dipicu kenaikan suku bunga dan meningkatnya ketegangan perang dagang.
IMF menyatakan ekonomi global akan tumbuh 3,7 persen pada 2018. Prediksi sama ini pada 2018, tetapi turun dari perkiraan Juli 2018 di kisaran 3,9 persen.
IMF memangkas prospek untuk 19 negara yang menggunakan euro dan Eropa Tengah dan Timur, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika sub-sahara. Laporan itu dirilis di tengah pertemuan IMF-World Bank di Bali pada 12-14 Oktober 2018.
IMF mengharapkan ekonomi AS tumbuh 2,9 persen pada 2018. Pertumbuhan ekonomi tersebut tercepat sejak 2005 dan tidak berubah pada prediksi Juli. Demikian mengutip laman VOA, Selasa 9 Oktober 2018.
Akan tetapi, ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi melambat menjadi 2,5 persen pada 2019. Ini meredanya efek pemangkasan pajak dan perang dagang antara AS dan China.
Bank sentral AS atau the Federal Reserve telah menaikkan suku bunga acua sebanyak tiga kali pada 2018. Ini karena ekonomi AS makin kuat usai berakhirnya resesi.
IMF pun tetap pertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi di posisi 6,6 persen pada 2018. Ini seiring dampak tarif impor oleh AS terhadap China. Pada 2019, IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi China jadi 6,2 persen. Angka itu menjadi pertumbuhan paling lambat sejak 1990.
AS dan China merupakan negara dengan dua ekonomi terbesar di dunia bertarung atas upaya agresif China untuk menantang dominasi teknologi China. AS menuduh China menggunakan taktik pemangsa dan memaksa perusahaan asing untuk menyerahkan rahasia perdagangan dengan imbalan akses ke pasar China.
Prospek untuk perdagangan global secara keseluruhan juga curam. IMF mengharapkan perdagangan global tumbuh 4,2 persen pada 2018. Angka ini susut dari posisi 5,2 persen pada 2018 dan 4,8 persen pada prediksi Juli.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement