Liputan6.com, Nusa Dua - Transparansi dan komunikasi terbuka akan menjadi kunci untuk hindari gangguan pasar dan kesalahpahaman. Hal ini seiring langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) terus menaikkan suku bunga seiring ekonomi AS yang kuat.
Ekonomi negara berkembang rentan terhadap arus modal keluar investor asing seiring bank sentral AS mengencangkan kebijakan.
Presiden the Federal Reserve New York, John Williams mengharapkan kenaikan suku bunga secara bertahap. Hal itu disampaikan John Williams dalam pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Ia menuturkan, AS menikmati pasar tenaga kerja sangat kuat tanpa tanda-tanda inflasi bisa naik terlalu banyak.
Dalam laman Bank Indonesia (BI), Ia menyampaikan ekonomi AS saat ini berada dalam keadaan sangat positif. Hal itu diindikasikan dari tingkat pengangguran dan inflasi yang rendah, prospek pertumbuhan yang baik dan diperkirakan masih berlanjut.
Dengan keadaan ekonomi lebih baik itu, otoritas AS pun melakukan normalisasi kebijakan, dengan menaikkan suku bunga acuan bank sentral dan normalisasi neraca.
Meski pun demikian, disadari dengan salingnya terhubungnya ekonomi dunia, kebijakan AS dapat berpengaruh pada ekonomi global. Pada gilirannya dapat kembali mempengaruhi ekonomi AS.
Dua hal penting yang ditekankan adalah normalisasi AS akan dilakukan secara bertahap. Selain itu, AS akan terus melakukan komunikasi transparan. Kedua hal ini diharapkan dapat kurangi dampak global spillover.
"Pelajaran utama tentang pembuatan kebijakan dalam dunia yang saling berhubungan adalah transparansi dan jalur komunikasi yang terbuka sangat penting untuk meminimalkan kesalahpahaman, gangguan pasar, dan volatilitas yang dapat ganggu tujuan bersama kita memiliki ekonomi yang kuat dan stabil," ujar dia seperti dikutip dari laman CNBC.
Adapun pengangguran AS telah jatuh ke level terendah dalam 49 tahun menjadi 3,7 persen pada September 2018. Siklus pengetatan mata uang hampir tiga tahun, the Federal Reserve (the Fed) sebagian telah mendorong perubahan global dari modal dalam pasar negara berkembang yang mengarah pada depresiasi mata uang yang tajam dan bebani Turki serta Argentina.
Â
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Langkah BI
Mengutip laman BI, Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan mengenai bagaimana Indonesia menyikapi kebijakan bank sentral AS dan kondisi ekonomi global.
Saat ini, ekonomi Indonesia masih stabil dan berdaya tahan, antara lain tercermin dari pertumbuhan dan inflasi yang baik. Selain itu, stabilitas sistem keuangan yang terjaga.
Namun, dengan ekonomi domestik yang terjaga Indonesia tetap harus memperhatikan pengaruh ekonomi global.
Untuk itu, skenario kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia adalah memastikan daya saing pasar keuangan Indonesia agar tetap menarik. Ini agar defisit transaksi berjalan tetap terjaga.
BI juga selalu hadir di apsar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Pendalaman pasar keuangan juga terus dipercepat, agar pasar keuangan Indonesia semakin prospektif.
Dalam usaha menjaga ekonomi Indonesia, BI tidak sendiri. Seluruh usaha itu dilakukan bekerja sama dengan instansi terkait baik pemerintah, OJK maupun lembaga lainnya.
Selanjutnya, Ia  menyatakan komunitas internasional dapat saling membantu. Komunikasi yang baik dan jelas, termasuk dari AS, merupakan salah satu faktor kunci mengurangi ketidakpastian.
Negara-negara ekonomi maju juga perlu senantiasa memahami dampak yang mungkin ditimbulkan kebijakannya bagi ekonomi global.
Untuk itu, forum kali ini mengangkat mengenai kebijakan bank sentral menghadapi ketidakpastian global serta mengenai keamanan dan risiko siber bagi bank sentral saat ini. Forum seperti ini diharapkan dapat membantu sinkronisasi kebijakan ekonomi internasional, yang akan menguntungkan baik bagi AS dan negara maju lainnya, maupun bagi negara berkembang.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement