Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang menyentuh di atas level 15.200-an per dolar Amerika Serikat (AS) tersebut, berdampak pada harga jual untuk semua jenis pakaian impor.
Salah satu pedagang celana jeans, Al Bahri mengungkapkan, dampak dari pelemahan rupiah ini cukup berpengaruh pada penjualan di tokonya. Sebab, hampir semua jenis celana yang dijual didatangkan secara impor. Otomatis, dirinya harus memutar otak untuk meningkatkan harga jual di pasaran.
"Pastinya ada kenaikan untuk harga jual. 30 persen kenaikannya. Umpama Rp 100 ribu bisa sampai Rp 135-140 ribu. Sementara penjualan juga munurun," kata Albahri saat berbincang dengan merdeka.com, di area Blok B, Pasar Tanah Abang, seperti ditulis Kamis (11/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Hal senada juga dirasakan oleh Thomas, salah satu pedagang jaket. Dia mengaku, tren pelemahan nilai tukar rupiah ini membuat dirinya harus menaikan harga jual. Sebab, tingginya bea masuk ditambah dengan depresiasi nilai tukar rupiah menjadi pertimbangan untuk meningkatkan kembali harga jual.
"Secara dampak memang dirasakan. Dari ongkos bea masuk sudah naik duluan kalau ditambah rupiah naik lebih parah, berpengaruh kepada harga jual sendiri. Kenaikan bisa 20 persen. Misalnya dari Rp 100 ribu jadi Rp 120 ribu," kata dia.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Â
Â
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Pengusaha Ritel Waspadai Pelemahan Rupiah
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah hingga mencapai 15.200. Angka ini jauh melampaui target pemerintah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp 13.400 per dolar AS.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, menyebut pelemahan nilai tukar rupiah yang dalam akan berdampak kepada para pelaku usaha ritel di Indonesia. Sebab, beberapa barang komoditas yang dijual pun masih didatangkan melalui impor.
"Sekarang (dolar AS) sudah Rp 15 ribu lebih maka akan yang terkena (dampak) pertama itu adalah barang-barang impor," kata Roy saat dihubungi Merdeka.com, Rabu 10 Oktober 2018.
Roy menyebut, ada beberapa jenis barang impor yang akan berdampak akibat melemahnya mata uang Garuda ini. Beberapa barang tersebut yakni yang sifatnya seperti produk barang mewah.
Kemudian, beberapa barang yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri sehingga harus memutuskan untuk impor, serta barang yang bersifat pakaian bermerek.
"Paling tidak ketiga barang itu yang akan kena eskalasi harga terlebih dahulu," imbuhnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement