Liputan6.com, Nusa Dua - Asian Development Bank (ADB) menyatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong spekulan. Ini karena fundamental ekonomi Indonesia masih kuat.
Presiden ADB, Takehiko Nakao, menyampaikan hal itu di sela-sela pertemuan tahunan IMF-World Bank pada Jumat (12/10/2018)
"Depresiasi baru-baru ini terhadap rupiah adalah karena dorongan spekulasi karena posisi makroekonomi Indonesia secara keseluruhan masih kuat," ujar dia.
Advertisement
Baca Juga
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) sudah melemah 12,19 persen sepanjang tahun berjalan 2018. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dari posisi 13.542 pada 2 Januari 2018 ke posisi 15.194 pada 12 Oktober 2018.
Nakao juga memuji manajemen makroekonomi Indonesia yang baik. Ia menekankan kuatnya fundamental ekonomi Indonesia. Ini seperti yang ditunjukkan dengan proyeksi kuatnya tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada 5,2 persen. Tingkat inflasi yang stabil di 3,4 persen pada 2018.
Selain itu, defisit transaksi berjalan sekitar 2,5 persen yang masih terkelola. Pemerintah juga berkomitmen menjaga defisit fiskal pada sekitar dua persen dari produk domestik bruto (PDB) yang patut diapresiasi.
Cadangan devisa tetap dijaga pada tingkat yang cukup. Tercatat cadangan devisa Indonesia USD 114,84 miliar pada 30 September 2018. Tak hanya itu, Indonesia mendapatkan peringkat layak investasi di pemerintahan ini.
Â
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Â
Â
Â
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
ADB Siap Beri Pinjaman hingga USD 1 Miliar
Sebelumnya, Asian Development Bank (ADB) sudah menyiapkan dana sebesar USD 500 juta guna bantu rehabilitasi korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng).
ADB juga siap memberi pembiayaan tambahan sekitar USD 500 juta melalui pinjaman proyek untuk mendukung rekonstruksi infrastruktur vital.
Presiden ADB, Takehiko Nakao, mengikrarkan bantuan darurat senilai hingga USD 1 miliar tersebut saat bertemu Presiden Joko Widodo di sela-sela Annual Meetings IMF-World Bank Group (WBG) 2018, di Nusa Dua, Bali.
Diketahui, bantuan darurat USD 1 miliar tersebut di luar program pinjaman reguler ADB bagi Indonesia yang rata-rata mencapai USD 2 miliar setiap tahun.
Pinjaman bantuan darurat ADB akan disiapkan dengan berkoordinasi dengan pemerintah, masyarakat yang terdampak, dan para pemangku kepentingan lainnya, serta diproses secara cepat untuk dapat segera disetujui Dewan Direktur ADB.
Pinjaman tersebut akan memiliki ketentuan khusus berupa masa tenggang 8 tahun dan masa pembayaran kembali selama 32 tahun, lebih lama daripada biasanya. ADB juga akan memberi bantuan teknis guna mendukung kajian kebutuhan kerusakan yang dipimpin pemerintah, dan juga perencanaan pemulihan dan rekonstruksi.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement