Sukses

RI Buka Peluang Perkuat Ekspor ke Asia dan Afrika

Salah satu alternatif yang dapat ditempuh Pemerintah Indonesia untuk menggenjot ekspor ke Afrika adalah dengan mengembangkan skema counter-purchase.

Liputan6.com, Nusa Dua Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menggelar pertemuan dengan beberapa menteri keuangan negara Asia dan Afrika.

Acara ini diadakan sebagai rangkaian hari terakhir Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali. Pertemuan ini dilakukan untuk menggali beberapa peluang peningkatan ekspor ke negara-negara tersebut.

Adapun yang hadir dalam pertemuan tersebut diantaranya menkeu dari Angola, Bangladesh, Kamerun, Ethiopia, Gabon, Mozambik, Namibia, Niger, Tanzania, Timor Leste, Somalia dan sejumlah negara lainnya.

Dalam pertemuan ini Menkeu juga menggandeng Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) / Indonesia Eximbank sebagai fasilitator.

"Atas inisiatif LPII, kami undang negara-negara Afrika dan Asia terutama Bangladesh, Timor Leste, untuk dengar feedback dari mereka bagaimana kami gunakan Eximbank untuk fasilitasi hubungan south-south dan meningkatkan ekspor, serta investasi," kata Menkeu di Nusa Dua, Minggu (14/10/2018).

Tidak hanya itu, pertemuan ini menjadi terobosan nyata Indonesia pada rangkaian kegiatan Pertemuan IMF-Bank Dunia, terutama dalam penguatan skema pembiayaan Indonesia untuk memajukan ekspor dan outbound investment Indonesia.

Sementara itu, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk terus memperkuat regulasi nasional dan menciptakan inovasi-inovasi untuk menghadapi kendala yang dirasakan BUMN dan pelaku usaha nasional ketika melakukan ekspansi usahanya, terutama ke pasar Afrika.

Luhut menjelaskan bahwa salah satu alternatif yang dapat ditempuh Pemerintah Indonesia adalah dengan mengembangkan skema counter-purchase.

"Pertemuan ini diharapkan dapat menjadi agenda tahunan mengingat pentingnya dilakukan penguatan strategi pembiayaan ekpor Indonesia," tambah Luhut.

Turut hadir Lembaga luar negeri seperti The African Export-Import Bank (Afreximbank), Central African States Development Bank (BDEAC), dan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP).

Sementara itu, BUMN strategis yang menghadiri pertemuan antara lain, PT Pindad, PT LEN Industri, Bio Farma, PT Timah, PT INKA, PT Dirgantara Indonesia, PT Kimia Farma, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan Peruri.

2 dari 2 halaman

LPEI Dukung Pembiayaan ke Negara Afrika

Pada perhelatan tahunan IMF-World Bank Group (WBG) 2018, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mengajak agar berbagai negara berkembang di dunia mau menjalin kerja sama di tengah ketidakpastian situasi ekonomi global saat ini.

Adapun pernyataan itu dikeluarkan dalam sebuah parallel event Annual Meeting IMF-WBG 2018 bertema The Perfect Time to Enhance Emerging Economies Cooperation on Trade yang digelar di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018).

Pembahasan inti dari diskusi panel sesi adalah ketegangan perang dagang dan ketidakpastian dalam perang tarif serta dampak dan konsekuensinya terhadap pasar berkembang.

Sebab, adanya peningkatan signifikan terhadap tarif impor akan semakin menekan volume perdagangan internasional dan kinerja ekspor. 

Selain itu, tingginya ketergantungan terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dinilai akan membebani pembiayaan eksportir. 

Sementara itu, Direktur Pelaksana l LPEI, Dwi Wahyudi, menyampaikan kondisi tersebut menunjukkan pentingnya kerja sama antar negara berkembang, terutama untuk menciptakan respons serta strategi yang potensial untuk mengatasi situasi yang terjadi.

Hal itu disebutkannya selaras dengan salah satu tujuan dari diselenggarakannya kerja sama dagang antar negara berkembang seperti Asia dan Afrika, yakni untuk membuka peluang serta penetrasi pasar. 

"Untuk melakukan penetrasi pasar, LPEI dukung pembiayaan ke negara-negara di kawasan Afrika dan ini sejalan dengan penugasan khusus yang diberikan pemerintah melalui KMK No.787/KMK.08/2017," ujar dia.

Dia menuturkan, ada prokteksi dalam perdagangan dapat mengurangi akses pasar ke negara-negara maju. Dengan begitu, persaingan yang terjadi di pasar ekspor akan semakin sengit karena para eksportir perlu melakukan pengalihan ekspor dari pasar Amerika Serikat. 

Dia pun berharap, dengan diselenggarakannya diskusi panel ini mampu tercipta strategi serta solusi untuk menghadapi dan mengatasi isu-isu internasional, khususnya yang berkaitan dengan perekonomian dan perdagangan global. 

"Indonesia Eximbank selalu siap untuk memajukan perekonomian Indonesia di cakupan internasional dengan meningkatkan pelaku usaha berorientasi ekspor yang siap bersaing di pasar global," ujar dia.

 

 

Â