Sukses

Perkuat Rupiah, Miliarder Tahir Bakal Lepas Dolar AS

Rencananya, Tahir akan datang ke kompleks perkantoran Bank Indonesia ditemani oleh Direksi Mayapada.

Liputan6.com, Jakarta - Dato Sri Tahir, salah satu orang terkaya di Indonesia, bakal menjual dolar AS pada Senin ini. Langkah melepas dolar AS ini untuk membantu pemerintah menguatkan rupiah.

"Iya benar, rencananya jam 11.00 WIB di Bank Indonesia (BI)," kata sumber Liputan6.com yang dekat dengan Dato Sri Tahir, Senin (15/10/2018). Dalam penukaran dolar AS ini, Tahir akan langsung bertemu dengan Gubernur BI Perry Warjiyo.

Langkah untuk menukar dolar AS ke rupiah ini merupakan inisiatif dari pemilik Mayapada Group sendiri. Rencananya, Tahir akan datang ke kompleks perkantoran Bank Indonesia ditemani oleh Direksi Mayapada.

Aksi jual dolar AS ini pernah jika dilakukan beramai-ramai oleh pengusaha surabaya. Tepatnya pada pertengahan September lalu, Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (FORKAS) Jawa Timur melepas USD 50 juta di luar yang reguler.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jawa Timur Difi Ahmad Djohansyah memuji langkah para pengusaha ini.

“Ini satu hal yang menunjukkan patriotisme. Nilai USD 50 cukup besar untuk menstabilkan rupiah,” ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Rupiah Masih di Kisaran 15.250 per Dolar AS pada Pekan Ini

Nilai tukar rupiah diproyeksi masih bergerak fluktuatif di kisaran 15.150-15.250 per dolar AS pada pekan ini. Sentimen positif datang dari penurunan harga minyak mentah (acuan Brent) yang sempat menyentuh level USD 85 per barel, kini berangsur turun ke USD 80,4 per barel.

Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan, penurunan minyak disebabkan revisi data permintaan energi di China akibat efek perang dagang. Kemudian suplai pasokan di Amerika Serikat (AS) masih cukup terjaga di tengah sanksi yang diterima Iran dan gangguan badai. 

"Spekulasi di pasar komoditas sedikit mereda," ujar dia di Jakarta, Senin (15/10/2018).

Menurut dia, harga minyak penting sebagai barometer bagi Indonesia karena merupakan negara net importer minyak. Jadi, penurunan harga minyak merupakan angin segar bagi defisit migas, dan cashflow Pertamina.

"Penurunan harga minyak juga menjadi pertimbangan terhadap rencana Pertamina menunda kenaikan harga Premium. Artinya, lonjakan inflasi masih bisa dikendalikan," kata dia.

Selain itu, pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Annual Meeting IMF-World Bank beberapa waktu lalu juga ditanggapi positif oleh pasar sehingga bisa membantu rupiah

Pidato Presiden Jokowi menitikberatkan pentingnya kooperasi dan koordinasi dalam menjaga stabilitas ekonomi global di tengah perang dagang.

"Pesan ini diharapkan membangkitkan kesadaran para pemimpin di Negara maju untuk mengakhiri kebijakan proteksi dagangnya," tandas dia.