Sukses

1.200 Hunian Sementara Dibangun untuk Korban Bencana di Sulteng

Sekitar 1.200 hunian sementara akan dibangun di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus melakukan berbagai upaya dalam masa pemulihan kerusakan pascabencana gempa bumi yang disertai tsunami dan likuifaksi yang terjadi di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun sebanyak 1.200 Hunian Sementara (Huntara) sebagai transit sampai dengan hunian tetap dan relokasi permukiman selesai. Huntara akan dibangun di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala.

"Relokasi permukiman memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang. Oleh karenanya Pemerintah akan membangun hunian sementara (Huntara) yang ditargetkan rampung dalam 2 bulan. Makin cepat Huntara selesai, makin cepat penduduk bisa pindah dari tenda," kata Menteri Basuki dalam keterangan resmi, Selasa (16/10/2018).

Sebanyak 1.200 unit huntara dapat menampung 14.400 keluarga. Adapun tiga lokasi yang menjadi kandidat untuk relokasi permukiman warga yakni Kelurahan Duyu, Tondo dan Pombewe.

Sementara lokasi-lokasi huntara antara lain berada di Kelurahan Duyu, Petobo dan Pengawu, Lapangan Sepakbola Kelurahan Silae, Tipo, Tipo A, Lapangan Kelurahan Buluri, Watusampu, dan Kawatuna.

Huntara yang dibangun dengan model knockdown berukuran 12 x 26,4 meter persegi, dibagi menjadi 12 bilik dimana setiap biliknya akan dihuni oleh satu keluarga. 1.200 unit huntara yang akan dibangun merupakan tahap pertama sambil menunggu perkembangan data pengungsi yang membutuhkan.

"Minggu ini kami targetkan sudah ada satu unit mockup huntara sehingga bisa menjadi contoh dalam pembangunan huntara selanjutnya. Pembangunan huntara akan dilakukan oleh kontraktor dan Insya Allah mulai dihuni secara bertahap pada pekan berikutnya dengan target selesai seluruhnya dalam dua bulan ke depan," jelas Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR, Arie Setiadi Murwanto.

 

2 dari 2 halaman

Sistem cluster

Dia menerangkan, huntara tersebut akan dibangun dengan sistem cluster pada lima zona dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan lahan dan keamanan lokasi dari dampak gempa.

Setiap cluster yang terdiri atas 10 unit huntara (120 bilik), akan dibangun satu buah sekolah PAUD dan sebuah SD, tempat sampah, ruang terbuka untuk kegiatan warga, serta tempat parkir sepeda motor. Kontruksi huntara juga tahan gempa dan mengakomodir cuaca Kota Palu yang panas karena berada di garis khatulistiwa.

Konstruksi akan menggunakan baja ringan dengan dinding berbahan glassfiber reinforced cement (GRC). Setiap unit huntara akan dilengkapi 4 toilet, 4 kamar mandi, septik tank, tempat mencuci, dan dapur bersama serta listrik dengan daya 450 watt setiap bilik.

Hunian-hunian ini bisa dimanfaatkan dalam dua tahun sampai hunian tetap yang dibangun Pemerintah selesai.

Menurut Arie, pembangunan huntara tidak seluruhnya dilakukan oleh Kementerian PUPR, namun juga terbuka bagi pihak lain untuk membangun huntara diatas lahan-lahan yang disiapkan dengan disain yang sama dengan yang dibangun Kementerian PUPR.

"Kami mengharapkan pembangunan hunian sementara oleh pihak-pihak lain di luar Kementerian PUPR menyatu dengan huntara Kementerian PUPR serta memiliki disain yang sama agar tidak terjadi kecemburuan," ujar Arie.