Liputan6.com, Blitar - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian membuat terobosan program jagung untuk peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar. Program ini untuk menjaga kestabilan harga jagung di wilayah Kabupaten Blitar.
Kementerian menggelontorkan 50 ton jagung untuk peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar. Jagung untuk peternak itu dijual dengan harga lebih murah dari pasaran, yakni Rp 4.600 per kilogram (kg).
Jagung itu didistribusikan ke peternak di beberapa desa di Kabupaten Blitar. Di antaranya, peternak ayam petelur di Desa Suruhwadang, Desa Plumpung, Desa Sumberejo, Desa Bendosari, dan Desa Selopuro.
Advertisement
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Sugiono mengatakan, Kementerian Pertanian menggandeng PT Charoen Pokphand Indonesia untuk menjalankan program jagung untuk peternak ayam petelur.
Baca Juga
Charoen Pokhpand selaku perusahaan yang menyediakan jagung untuk peternak.
Dia berharap program jagung untuk peternak ayam petelur ini dapat menstabilkan harga jagung di wilayah Kabupaten Blitar. Selain itu, program tersebut juga untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan jagung untuk pakan ternak di Kabupaten Blitar.
"Kami berharap para peternak dapat memanfaatkan program itu dengan baik," kata Sugiono.
Kelakangan ini memang para peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar kebingungan mencari jagung untuk pakan ternak. Stok jagung di Kabupaten Blitar tidak mencukupi untuk kebutuhan pakan ternak.
Peternak harus mencari jagung dari luar daerah yang harganya bisa mencapai Rp 5.200 per kg sampai Rp 5.300 per kg.
Kabupaten Blitar merupakan salah satu penghasil telur ayam terbesar di Jawa Timur. Jumlah ayam petelur di Kabupaten Blitar mencapai 15 juta ekor dengan produksi mencapai 151.931 ton.
Kabupaten Blitar mampu memasok 70 persen kebutuhan telur di Jatim dan 30 persen permintaan nasional.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
RI Impor Jagung 72.710 Ton pada September 2018
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada September 2018 sebesar USD 14,60 miliar atau turun 13,18 persen dibanding Agustus. Sebaliknya pada tahun sebelumnya, jika dibandingkan dengan September 2017 naik 14,18 persen.Â
Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti, mengatakan meski impor secara keseluruhan turun, tapi pada beberapa jenis komoditas masih meningkat. Salah satunya impor jagung yang mencapai 72.710.184 kilogram atau 72.710 ton pada September.Â
"Pada September 2018, impor yang mengalami kenaikan adalah anggur, pir, cokelat kakao, serealia, jagung, filamen buatan atau semacam benang untuk tekstil, bubur kayu juga naik," ujar Yunita pada Senin 15 Oktober 2018.Â
BACA JUGA
Secara tahunan dari Januari hingga September, impor jagung mencapai 481.471 ton naik jika dibandingkan posisi yang sama pada tahun lalu sebesar 360.355 ton.
Secara nilai, impor jagung tahun ini sampai September mencapai USD 105 juta, sementara tahun lalu USD 80 juta. Adapun negara terbesar pemasok jagung ke Indonesia adalah Argentina sebesar 217.382 ton sejak awal tahun hingga September. Kemudian disusul berturut-turut oleh Amerika Serikat (AS), Brasil, Australia, dan Thailand.
Advertisement