Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menghadiri pembukaan Women Entrepreneurs Finance Initiative (We-Fi) Governing Committee Meeting di Sofitel Bali Nusa Dua, Badung, Bali, Minggu (14/10/2018) lalu. Pertemuan tersebut rencananya akan digelar hingga Selasa (16/10/2018).
Sebelumnya pada 29 September 2018, dalam kunjungan kerjanya di New York, Amerika Serikat, Menteri Susi juga menghadiri Leadership Champions We-Fi sebagai champion yang dinominasikan oleh Jepang. Gelar champion yang merujuk pada pengusaha wanita terpilih disematkan kepada Menteri Susi atas rekomendasi dari Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono.
Advertisement
We-Fi adalah kemitraan kolaboratif antara pemerintahan, multilateral development banks, dan stakeholder lainnya yang datang dari berbagai negara di seluruh dunia.
We-Fi berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah yang dimiliki oleh perempuan-perempuan di negara-negara berkembang dengan menyediakan dukungan bernilai lebih dari USD 1 miliar.
Sebagaimana diketahui, sekitar 30 persen usaha kecil menengah formal di seluruh dunia dijalankan oleh perempuan. Namun, secara umum, sekitar 70 persen pengusaha perempuan tidak memiliki akses terhadap produk, keuangan, dan jasa.
Guna mengatasi hambatan keuangan dan non-keuangan tersebut dan untuk menciptakan ekosistem yang lebih baik bagi pengusaha perempuan, We-Fi dihadirkan.
"Selamat datang di Bali, bertepatan di hari terakhir International Monetary Fund (IMF) annual meeting. Kita berharap pertemuan ini akan membawa solusi terbaik untuk perekomomian dunia dan pendanaan kegiatan bisnis," ungkap Menteri Susi mengawali sambutannya.
Ia melanjutkan, merupakan suatu kebanggaan baginya dapat berkumpul dengan perempuan-perempuan kuat, hebat, mengagumkan, dan inspiratif dari seluruh belahan dunia dalam Women Enterprise Leadership Group.
Awal mula kesuksesan Menteri Susi
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi menceritakan awal mula dirinya memulai bisnis perikanan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dan bisnis penerbangan PT ASI Pudjiastuti Aviation.
"Saya orang yang menginginkan kemandirian. Namun, untuk menjadi mandiri, bebas menjadi diri sendiri, dan melakukan sesuatu sesuai jalan yang kamu inginkan saat itu tidaklah mudah untuk seorang gadis Jawa seperti saya. Keluarga selalu memberitahu apa yang harus dilakukan. Untuk membuatnya mudah, saya harus menjadi mandiri dengan bisnis saya sendiri," Menteri Susi berkisah.
"Saya keluar dari sekolah karena saya rasa sekolah tidak cocok bagi saya. Mungkin cocok bagi orang lain tapi tidak untuk saya," lanjutnya.
Setelah memutuskan berhenti sekolah, Menteri Susi memulai bisnis pertamanya di usia 17 tahun dengan menjual ikan dan seafood. Akhirnya pada tahun 1996, ia melakukan ekspor pertama kalinya ke Jepang dan dilanjutkan ke Eropa.
Namun menurutnya, bisnisnya tidak dapat berkembang pesat. Hal ini karena stok ikan yang menurun drastis. Belakangan, setelah menjadi Menteri barulah diketahui bahwa menghilangnya ikan karena kegiatan illegal fishing di perairan Indonesia.
Kemudian, Menteri Susi memulai bisnis transportasi kecil-kecilan untuk mengangkut produk perikanan hidup dan segar. Menurutnya, ikan-ikan kecil, produk perikanan beku, produk perikanan olahan, produk pengalengan, dan produk kering memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah.
"Nilai tertinggi dari seafood adalah seafood segar. Tapi kurangnya transportasi di Indonesia hanya dapat diatasi satu-satunya dengan penerbangan. Jadi saya mencoba memulai penerbangan dari kampung halaman saya di Pangandaran menuju Jakarta," cerita Menteri Susi.
Upayanya memulai bisnis tidaklah mudah. Menurut Menteri Susi, butuh waktu 4 tahun baginya untuk meyakinkan bank hingga diberi pinjaman.
"Akhirnya saya mendapatkan dukungan finansial untuk memulai bisnis saya. Saya bersama tim mulai menyusun penerbangan menuju Jakarta," imbuhnya.
Menteri Susi mengungkapkan, awalnya dirinya tak berencana mengembangkan bisnis penerbangan. Pesawat perintis yang dia punya hanya ditujukan untuk mengangkut produk perikanan miliknya agar dapat cepat mencapai pasar.
Hingga saat tsunami Aceh terjadi pada Desember 2004 lalu, pesawat miliknya membawa bantuan bagi masyarakat Aceh.
"Saat itu media memberitakan Susi Air memberi bantuan, padahal waktu itu penerbangan saya belum bernama," kenangnya.
Kini, PT ASI Pudjiastuti Aviation telah melayani setidaknya 50 penerbangan di berbagai wilayah Indonesia.
Advertisement
Ditunjuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan
Setelah bisnis perikanan dan penerbangannya berkembang, pada 2014 lalu, ia ditunjuk Presiden Joko Widodo untuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Saat itulah menurutnya ia mulai menemukan alasan mengapa ikan di laut Indonesia menurun drastis.
"Saya menemukan bahwa tidak hanya di kampung halaman saya tapi juga di wilayah lain di seluruh Indonesia ikan menghilang. Penyebab utamanya adalah kegiatan illegal fishing. Survei dari 2003 ke 2013 jumlah rumah tangga perikanan Indonesia juga menurun drastis hampir 50 persen," terangnya.
Setelah diselidiki, menurut Menteri Susi penyebabnya adalah pemberian izin kapal asing masuk dan menangkap ikan di Indonesia oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2001. Saat itu kegiatan illegal fishing semakin masif dilakukan.
Menteri Susi kemudian mencoba memeriksa konstitusi untuk mencari solusi apa yang bisa dilakukan. Dengan dukungan penuh dari presiden, ia mulai melarang masuknya kapal asing, melarang transshipment, dan melakukan tindakan tegas bagi para pelanggarnya.
Kini setelah beberapa tahun aturan tersebut dijalankan, perikanan Indonesia menunjukkan perkembangan yang memuaskan dengan peningkatan stok ikan lestari, dan peningkatan manfaat ekonomi pada usaha perikanan tangkap dan budidaya.
"Saya merasa senang diberi kesempatan menjadikan Indonesia berjaya, menjadikan Indonesia pemain dominan dalam bisnis perikanan," pungkasnya.
Menteri Susi menyatakan, untuk dapat menjadi pemimpin dalam bisnis maupun pemerintahan, perempuan harus berani mengambil risiko dan cermat melihat peluang.
"Sudah saatnya perempuan dunia maju. Dalam bisnis, laki-laki dan perempuan sama saja, tak ada bedanya," tandasnya.