Sukses

Ada Kasus Suap Proyek Meikarta, Nasabah Tetap Bayar Cicilan Apartemen

Proyek Meikarta tengah tersandung kasus dugaan suap. Lalu, bagaiamana nasabah yang sudah membeli atau yang masih membayar cicilannya per bulan?

Liputan6.com, Jakarta - Mega proyek komplek hunian Meikarta tengah tersandung kasus dugaan suap. Lalu, bagaiamana nasabah yang sudah membeli atau yang masih membayar cicilannya per bulan?

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebagai salah satu bank yang memfasilitasi Kredit Pemilikan Apartment (KPA) saat ini tetap menjalankan proses kredit tersebut tanpa ada kendala.

"Proses seperti biasa, kalau yang masih ada kewajiban angsuran ya bayar setiap bulan seperti biasa. Tidak ada penghentian," tegas Sekretaris Perusahaan Ryan Kiryanto saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jumat (19/10/2018).

Dia juga menegaskan, saat ini BNI tidak menghenyikan proses kredit KPA untuk Meikarta. Yang dilakukan perusahaan hanya menyampaikan apa yang terjadi kepada para kreditornya, baik untuk KPA baru atau yang eksisting.

"Jadi kalau mau ajukan KPA kita masih terima dan proses, hanya saja kita sampaikan kalau kondisinya seperti ini, kita juga review," tegas dia.

Pada prinsipnya, jika proyek Meikarta terus berjalan meski pengembagnya tersandung masalah, proses KPA masih tetap berjalan seperti biasa. Dalam kasus ini, BNI mengaku tidak ada kerugian apapun. 

Hingga kini BNI juga belum menerima pengaduan dari nasabah yang menjsdi debitor Meikarta. Ryan mengaku, apa yang terjadi ini memang belum pernah dialami BNI.

Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, berbagai pertimbangan telah dilakukan BNI dalam memfasilitasi pembiayaan.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Direktur Ritel Banking PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Tambok P Setyawati menyatakan BNI sedang melakukan kaji ulang atau review semua pembiayaan yang terkait dengan proyek tersebut (Meikarta). Ini dalam rangka memitigasi risiko, suatu hal yang biasa dilakukan perbankan.

"Ke depan dengan adanya kasus ini untuk nasabah baru tidak bisa kami proses dulu sampai proses hukumnya selesai, paling tidak ada titik jelas kemana," kata Tambok.

Saat ini debitur hunian Meikarta masih terbilang sedikit. Perseroan mencatat, jumlah debitur hanya berkisar 200 nasabah. "Khusus Meikarta pembiayaan KPR saat ini kisarannya 200-an debitor jumlahnya sekitar Rp 50 miliar," tambah dia.

Sementara, bagi para debitur existing tersebut akan dilakukan review untuk penyelesaian secara legal. "200 debitur tadi tentu akan kita review dan kajian hukumnya yang legal untuk bagaimana penyelesaiannya. Jadi tim legal akan urus untuk debitur existing," ujar dia.

 

 

2 dari 2 halaman

Kredit BNI Tumbuh 15,6 Persen pada Kuartal III 2018

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan penyaluran kredit pada kuartal III 2018 sebesar Rp 487,04 triliun. Angka ini tumbuh 15,6 persen dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 421,41 triliun.

"Pada kuartal III 2018, BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar Rp 65,64 triliun atau meningkat 15,6 persen dari posisi Rp 421,41 triliun pada Kuartal III-2017 menjadi Rp 487,04 triliun pada Kuartal III-2018," kata Direktur Keuangan Bank BNI, Anggoro Eko Cahyo dalam paparan kinerja keuangan PT BNI, di Kantornya, Jakarta, Kamis 18 Oktober 2018.

Anggoro mengatakan, pertumbuhan tersebut dikontribusi oleh kredit pada bisnis korporasi yang meningkat 18,5 persen secara year on year (YoY), terutama kontribusi dari industri manufaktur, perdagangan, restoran dan hotel, serta konstruksi.

Sedangkan pada bisnis konsumer, payroll loan masih menjadi penggerak utama dalam menumbuhkan kredit konsumer. Pada kuartal III 2018, payroll loan mencatatkan pertumbuhan sebesar 43,7 persen (yoy). 

Sementara untuk kartu kredit dan BNI Griya (Kredit Pemilikan Rumah) juga mencatatkan pertumbuhan yang membaik, masing-masing sebesar 8,1 persen dan 9,1persen (yoy).

"Untuk mendukung ekspansi kredit, sampai dengan kuartal III tahun 2018, BNI mampu mendorong pertumbuhan DPK sebesar 14,2 persen (yoy), yaitu dari Rp 480,53 triliun pada kuartal III Tahun 2017 menjadi Rp 548,59 triliun pada kuartal III tahun 2018," ujar dia.

Anggoro menambahkan, pada kuartal III 2018, Perseroan juga mampu menekan cost of fund dari 3,0 persen menjadi 2,8 persen. Hal ini karena BNI mampu menjaga rasio CASA yang meningkat ke level 61,9 persen dari sebelumnya 60,4 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

"Perbaikan rasio ini didorong oleh pertumbuhan giro dan tabungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan deposito,” kata dia.

BNI mencatatkan giro tumbuh 22,4 persen (yoy) pada kuartal III 2018 dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Adapun Tabungan tumbuh 12,7 persen (yoy) dibandingkan kuartal III 2017. Sementara pertumbuhan deposito lebih lambat, yaitu 9,8 persen (yoy) pada kuartal III 2018 dibandingkan tahun lalu.

"Hal ini merupakan strategi BNI dalam menjaga rasio CASA yang kuat di level 61,9 persen dan menekan biaya dana," imbuhnya

Adapun dalam upaya menghimpun dana murah, Perseroan juga terus meningkatkan hubungan baik dengan nasabah institusi atau kelembagaan, baik swasta, BUMN, maupun pemerintahan, serta mengembangkan layanan digital banking sebagai platform perbankan transaksional.

Keberhasilan dalam upaya - upaya tersebut dapat dibuktikan dengan penambahan jumlah rekening yang mencapai 11,1 juta yaitu dari 30,8 juta rekening pada kuartal III 2017 menjadi 41,4 juta rekening pada kuartal III 2018. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: