Sukses

RI Tawarkan Proyek Infrastruktur ke Timur Tengah

Selama ini investor asal Timur Tengah memang kurang aktif dalam berinvestasi di sektor infrastruktur.

Liputan6.com, Jakarta - ‎Indonesia menawarkan proyek infrastruktur kepada investor dari negara-negara kawasan Timur Tengah. Hal ini dilakukan di sela-sela Sidang Tahun Islamic Chamber of Commerce, Industry and Agriculture (ICCIA) di Jakarta.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, selama ini investor asal Timur Tengah memang kurang aktif dalam berinvestasi di sektor infrastruktur. Namun demikian, hal tersebut menjadi peluang untuk menawarkan investasi di sektor tersebut.

"Mereka kan kalau selama ini terus terang untuk infrastruktur kurang begitu aktif. Jadi kita baru push saja ini dan terutama kita juga ke depan dari PINA (Pembiayaan Investasi NonAnggaran Pemerintah) Bappenas," ujar dia di Jakarta, Selasa (23/10/2018).

Dia mengungkapkan, proyek-proyek yang akan ditawarkan seperti proyek pembangunan jalan tol. Secara total, nila proyek yang ditawarkan mencapai Rp 25 triliun.

"Terutama sih jalan tol. Ada beberapa ruas, termasuk yang ditawarkan ke mereka. Nilai investasi mungkin lebih dari Rp 25 triliun dari PINA," ungkap dia.

Menurut Rosan, sejauh ini investor dari sejumlah negara sudah membuka pintu untuk Indonesia menawarkan proyek infrastruktur. Namun mereka masih ingin melihat realisasi dari pembangunan proyek yang sudah berjalan.

"Qatar, Uni Emirate Arab itulah yang paling terbuka kelihatannya," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

RI Jadi Negara Layak Investasi pada 4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK

Empat tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) atau Jokowi-JK membawa dampak besar pada pembangunan infrastruktur.

Tak hanya itu, peringkat daya saing dan kemudahan berusaha juga dinilai sukses diciptakan pada era kepemimpinan Jokowi-JK.

Dalam laporan 4 tahun Jokowi-JK seperti dikutip Senin (22/10/2018), kemudahan berusaha membawa Indonesia sebagai negara yang laik untuk investasi. Sejak 2017, Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan peringkat laik investasi oleh tiga lembaga pemeringkat internasional terkemuka.  

Status ini menjadi indikasi Indonesia dipercaya oleh investor internasional. Adapun tiga pemeringkat internasional itu antara lain Moody's, Fitch, dan Standard & Poor's. 

Sejalan dengan kemudahan berusaha, peringkat Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia terus melonjak. Menempati posisi 72 pada 2017, lonjakan ini menunjukan adanya perbaikan struktural yang berkesinambungan. 

Seperti diketahui, Indonesia pada 2015 menempati posisi 106, kemudian peringkat 91 pada 2016, dan peringkat 72 di tahun 2017 untuk kemudahan berusaha.

Sementara itu, realisasi investasi RI pada semester I 2018 mencapai Rp 361 triliun atau 47,2 persen dari target 2018. Faktor global yang ada, berdampak sedikit pada penanaman modal asing (PMA), tetapi porsi investasi dalam negeri meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peran domestik pun semakin kuat. 

Dari target investasi di 2018 sebesar Rp 764 triliun, investasi RI berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Pada kuartal I 2018, Indonesia berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 201.239 orang dan sebesar 289.843 orang di kuartal II 2018.

Secara tradisional, Singapura dan Jepang masih menjadi sumber utama PMA. Investasi PMA kemudian menjadi penting terutama ketika menghadapi gejolak global yang terjadi. 

Sebagai informasi, jika dilihat realisasi investasi Indonesia berdasarkan sektor, industri pengolahan dan perdagangan masih menjadi sektor utama investasi RI sebagai sektor yang paling produktif.