Liputan6.com, Jakarta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yakin, total panjang jalan tol yang dapat beroperasi di Indonesia bisa mencapai 1.852 kilometer (km) pada 2019.
Dalam waktu dekat ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan kembali meresmikan dua ruas tol baru, yakni Tol Pejagan-Pemalang seksi III dan IV sepanjang 37,3 km, dan Tol Solo-Ngawi segmen Simpang Susun Sragen-Ngawi (50,9 km).
Advertisement
Baca Juga
"Yang sudah siap (beroperasi) ini Pejagan-Pemalang dan Sragen-Ngawi. Dalam waktu dekat akan diresmikan, tinggal nunggu jadwal Pak Presiden," kata dia di Jakarta, Selasa (23/10/2018).
Adapun total hingga akhir tahun nanti, akan ada sebanyak 13 ruas tol baru yang bakal diresmikan dengan total panjang 473,9 km. Sehingga panjang jalan tol yang sebelumnya sekitar 941 km akan bertambah menjadi 1.414,9 km.
Menurut Menteri Basuki, target itu akan diperluas pada tahun depan, sehingga total panjang jalan tol yang siap beroperasi mencapai 1.852 km.
"Nanti sekitar 1.800 (km tol) yang akan operasi (2019). Sekarang sampai akhir tahun bakal 1.000 km lebih. nanti 2019 sampai 1.852 km," jelasnya.
Kehadiran ruas tol baru ini, lanjutnya, kelak tidak hanya berdampak terhadap geliat pertumbuhan ekonomi saja, melainkan juga turut menggenjot peningkatan daya saing.
"Salah satu tugas pembangunan infrastruktur seperti tol bukan cuman penumbuhan ekonomi, tapi juga peningkatan daya saing," ujar dia.
Panjang Jalan Tol di RI Capai 947 KM dalam 4 Tahun
Pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) telah memimpin negara selama empat tahun. Banyak proyek infrastruktur yang digeber, mulai dari jalan tol hingga pelabuhan.
Dikutip Liputan6.com dari data kantor Kepala Staf Kepresidenan, Sabtu (20/10/2018) setidaknya selama empat tahun, pemerintah telah membangun jalan nasional 3.423 km, jalan tol 947 km, jembatan sepanjang 39 km dan jembatan gantung 143 unit.
Sementara sektor perkeretaapian, telah dibangun jalur ganda dan reaktivasi jalur kereta sepanjang 754,59 km, pembangunan LRT di Palembang dan Jabodetabek, pembangunan MRT di Jakarta, serta peningkatan dam rehabilitasi jalur KA sepanjang 413,6 km.
Baca Juga
Hingga 2018, juga telah dibangun 10 bandara baru, revitalisasi dan pengembangan 408 bandara di daerah rawan bencana dan wilayah perbatasan, serta pembukaan jembatan udara di wilayah terpencil seperti di Papua.
Sedangkan untuk pelabuhan, selama empat tahun ini telah terbangun 19 pelabuhan dan 8 pelabuhan masih proses pembangunan. Selain itu, kapasitas angkut juga meningkat dari 2014 sebesar 16,7 juta Teus menjadi 19,7 juta Teus.
Dengan infrastruktur konektivitas itu mulai terlihat manfaatnya. Ini ditunjukkan dari pertumbuhan angkutan barang rata-rata per tahun dari 2014-2017 untuk angkutan darat sebesar tiga persen, angkutan laut tiga persen.
Selain itu, pertumbuhan angkutan barang dengan kereta api mencapai 7,8 persen dan angkutan udara 2,7 persen. Untuk pertumbuhan penumpang dilihat dari rata-rata per tahun pada 2014-2017, yang catatkan kenaikan tertinggi pertumbuhan penumpang kereta api mencapai 8,9 persen.
Disusul angkutan udara 6,5 persen, Damri sebesar 1,7 persen, penyeberangan 1,3 persen. Sedangkan pertumbuhan penumpang angkutan laut susut 2,4 persen.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menuturkan pembangunan infrastruktur yang masif meningkatkan konektivitas. "Hal tersebut dapat turunkan biaya logistik dengan konektivitas antar daerah,” ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.
Tonton Video Ini:
Advertisement