Sukses

Harga Minyak Anjlok 5 Persen karena Jaminan Stok Arab Saudi

Harga minyak AS sempat jatuh 5,2 persen ke USD 65,74 per barel yang merupakan level terendah sejak 20 Agustus.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak jatuh sekitar 5 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) ke posisi terendah dalam dua bulan. Pendorong penurunan harga minyak ini karena aksi jual di pasar saham global menimbulkan kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan

Selain itu, penurunan harga minyak ini juga terjadi setelah Arab Saudi mengatakan bahwa negara tersebut dapat memasok lebih banyak minyak mentah ke pasar dunia jika memang hal tersebut diperlukan. Pernyataan Arab Saudi tersebut mengurangi kekhawatiran akan sanksi AS kepada Iran.

Mengutip Reuters, Rabu (24/10/2018), harga minnyak mentah Brent berjangka turun 4,3 persen, atau USD 3,39 untuk menetap di USD 76,44 per barel setelah sempat terjun 5 persen menjadi USD 75,88 per barel, terendah sejak 7 September.

Sedangkan minyak mentah AS mengakhiri sesi di USD 66,43 per barel, turun USD 2,93 setelah sebelumnya sempat jatuh 5,2 persen ke USD 65,74 per barel yang merupakan level terendah sejak 20 Agustus.

Para analis mengatakan, jika harga minyak mentah AS turun di bawah USD 65 per barel maka sangat penting bagi faktor psikologis karena dapat memicu lebih lanjut aksi jual secara teknis jual.

“Tingkat keparahan jatuhnya cukup mencolok, tetapi di dunia perdagangan saat ini kita akan melihat ini sedikit lebih sering. Sekarang kita harus menunggu dan melihat apakah ini terus berputar di luar kendali atau tidak,” kata Gene McGillian, Wakil Direktur Riset Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

Harga minyak mengikuti aksi jual Wall Street, yang mengkhawatirkan mengenai pertumbuhan laba dan dan anggaran Italia sehingga membuat investor berebut keluar dari saham akhir-akhir ini.

"Kekhawatiran tentang apa yang terjadi di pasar saham dan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi telah tumpah ke harga minyak," McGillian menambahkan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Arab Saudi

Selain itu, investor juga tengah mengawasi dengan seksama kondisi di Arab Saudi. APakah negara tersebut benar-benar akan meningkatkan produksi dalam waktu cepat.

"Kekhawatiran tentang apa yang terjadi di pasar saham dan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi telah tumpah ke pasar minyak," kata McGillian, menambahkan bahwa investor akan mengawasi dengan seksama untuk melihat apakah peningkatan output Arab Saudi terwujud dengan cepat.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan pada konferensi di Riyadh bahwa pasar minyak berada di tempat yang baik dan dia berharap produsen minyak akan menandatangani kesepakatan pada bulan Desember untuk memperluas kerja sama untuk memantau dan menstabilkan pasar.

"Kami akan memutuskan apakah ada gangguan dari pasokan, terutama dengan sanksi Iran menjulang," kata Falih.

"Kemudian kami akan melanjutkan dengan pola pikir yang kami miliki sekarang, yaitu untuk memenuhi permintaan apa pun untuk memastikan pelanggan puas." tambah dia.

Falih mengatakan dia tidak akan mengesampingkan kemungkinan bahwa Arab Saudi akan memproduksi antara 1 juta hingga 2 juta barel per hari (bpd).

Sanksi AS terhadap minyak Iran dimulai pada 4 November dan Washington mengatakan ingin menghentikan semua ekspor bahan bakar Tehran, tetapi produsen minyak lainnya memompa lebih banyak untuk mengisi kesenjangan pasokan.