Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik 1 persen pada perdagangan Selasa ke level tertinggi dalam tiga bulan. Pendorong kenaikan harga emas adalah pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan kejatuhan pasar saham.
Paladium melonjak ke rekor tertinggi dan membawa logam mulia tersebut memperlebar jarak dengan harga emas setelah terjadi lonjakan permintaan dari sektor otomotif di China.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Reuters, Rabu (24/10/2018), harga emas di pasar spot naik 1 persen ke level USD 1.233,21 per ounce pada pukul 1.47 siang waktu New York. Sebelumnya harga emas di pasar spot ini sempat menyentuh level USD 1.239,68 per ounce yang merupakan level tertinggi sejak 17 Juli.
Sedangkan untuk harga emas berjangka AS naik 0,9 persen menjadi USD 1.236 per ounce karena dibantu oleh pelemahan nilai tukar dolar AS.
"Aksi jual di pasar saham pada perdagangan Selasa mendorong pelemahan dolar AS sehingga mampu membantu harga emas," jelas analis INTL FC Stone, Edward Meir.
Wall Street mengikuti penurunan di pasar saham Eropa dan Asia, tertekan oleh pendapatan perusahaan yang mengecewakan, krisis diplomatik Arab Saudi dan perselisihan keuangan Italia.
Komisi Eropa menolak rancangan anggaran 2019 Italia karena dianggao melanggar peraturan Uni Eropa tentang belanja publik.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Paladium
Sementara itu, harga paladium naik 1,8 persen ke level USD 1.141,49 per ounce setelah mencapai rekor USD 1.150,50 per ounce.
Selisih atau disparitas dengan harga emas mencapai sekitar USD 100. Logam mulia ini digunakan terutama dalam pengurangan emisi autocatalysts untuk kendaraan.
Harga paladium telah naik sekitar 7 persen sepanjang tahun ini.
Kombinasi faktor persediaan yang ketat dan defisit besar hingga permintaan bangkit kembali dari investor spekulatif sehingga membuat harga logam mulia ini melonjak.
Untuk logam mulia lainnya, perak naik 0,8 persen menjadi USD 14,72, sementara platinum naik 1,6 persen pada USD 832,80.
Advertisement