Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang, Bangka Belitung jatuh di perairan antara Bekasi dan Karawang pada Senin 29 Oktober 2018.
Pesawat ini membawa 189 penumpang yang terdiri dari 181 penumpang dan 8 awak penerbangan. Pergerakan penerbangan tersebut dapat dilihat di aplikasi Flightradar 24.
"Jadi aplikasi ini bisa jadi sumber informasi awal mengenai perjalanan pesawat sebelum akhirnya hilang kontak dan tidak terdeteksi radar," kata Manajer Humas AirNav Indonesia Yohanes Sirait kepada Liputan6.com, Senin (29/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Dari rekaman penerbangan yang terpantau melalui aplikasi Flightradar24, grafik garis berwarna biru (altitude), pesawat lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno Hatta mengudara dengan kecepatan antara 197 knots (KTS) hingga 330 knots hingga ketinggian 2.050 Feet (FT).
Setelah itu, pesawat kembali turun ke ketinggian sekitar 1.500 FT. Setelah itu, pesawat langsung naik ke ketinggian sekitar 5.100 FT dengan kecepatan 319 (KTS). Namun, saat memasuki ketinggian 5.350 FT, pesawat kembali turun ke ketinggian 4.500 FT dengan kecepatan 197 KTS.
Tak selang lama, pesawat Lion Air kembali naik ke ketinggian sekitar 5.377 FT dengan kecepatan 326 KTS. Namun sayang, ini menjadi ketinggian terakhir yang ditempuh JT-610 sebelum kemudian terjun bebas dengan kecepatan yang semakin cepat. Terdeteksi terakhir, kecepatan mencapai 345 KTS dengan ketinggian 3.650 FT.
Kepastian mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam penerbangan Lion Air JT 610 baru bisa terungkap ketika black box ditemukan dan proses investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) selesai.
Berikut pergerakan pesawat Lion Air JT 610 dari aplikasi Flightradar 24:
Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh
Menurut seorang mantan pilot senior kepada Liputan6.com, gerakan naik turun seperti itu tidak mungkin karena bertemu awan dan cuaca buruk. Apalagi, dalam video yang diunggah Flightradar24, tidak dijumpai kumpulan awan di sepanjang jalur Lion Air JT 610 dari Jakarta menuju Pangkalpinang.Â
"Barang atau orang yang tidak secure atau tidak terikat sabuk pengaman bisa terbanting-banting dalam kondisi seperti itu," kata mantan pilot senior maskapai ternama yang tak mau disebut namanya itu.Â
Saat dimintai pendapat, pengamat penerbangan yang juga mantan pilot senior Chappy Hakim mengaku tidak tahu pasti apa yang terjadi pada Lion Air JT 610 sesaat setelah lepas landas.
"Gangguannya apa? Enggak bisa dianalisis dengan kasat mata. Bisa jadi mesin ada gangguan, atau bisa juga hal lainnya. Banyak sebabnya. Harus nunggu black boxditemukan," ujarnya. Â
Namun, jika melihat data yang ada, pesawat jelas mengalami gangguan serius sehingga pilot memutuskan untuk meminta kembali ke bandara.
Chappy Hakim mengungkapkan, kejadian pilot minta kembali ke bandara menunjukkan bawah ada masalah serius di pesawat yang tidak bisa diatasi oleh pilot atau kru pesawat.
"Itu lazim terjadi jika pilot tidak memungkinkan untuk mengatasi masalah di pesawat," ujar Chappy Hakim kepada Liputan6.com, Senin 29 Oktober 2018.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memastikan pesawat maskapai Lion Air JT 610 rute Jakarta - Pangkal Pinang, Bangka Belitung yang sebelumnya dinyatakan hilang kontak tadi pagi, telah jatuh di perairan Laut Jawa atau tepatnya di utara Kota Bekasi, Jawa Barat.
"Kami telah berkoordinasi dengan Basarnas, baru saja Basarnas menyatakan memang benar pesawat itu jatuh di perairan Laut Jawa di utara Bekasi oleh karenanya kami menyatakan bahwa pesawat Lion JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang setelah hilang kontak pukul 06.32," ujar Menhub Budi di posko Crisis Center Kecelakaan Pesawat Lion Air JT 610 di Terminal 1B Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin sore 29 Oktober 2018.
Dalam konferensi pers tersebut Menhub didampingi oleh PLT Dirjen Perhubungan Udara Praminto Hadi, Dirut AP 2 Awaludin, Ketua KNKT Soerjanto, Dirut Airnav Indonesia Novie Riyanto, Direktur Operasi Lion Air Capt. Daniel Putut, dan Direktur Keuangan Jasa Raharja Myland Zoelaini.
Lebih lanjut Menhub mengungkapkan pesawat Lion Air JT 610 membawa total 189 orang yang terdiri dari 181 penumpang dan 8 awak pesawat.
Menhub juga memastikan pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP milik maskapai Lion Air ini merupakan pesawat baru yang beroperasi sejak Agustus lalu.
"Pesawat yang digunakan adalah pesawat baru B 737-800 Max yg baru dioperasikan pada bulan Agustus 2018 dengan lama penerbangan sebanyak 800 jam," ujar dia.
Atas musibah ini, Menhub pada siang ini telah bertemu langsung dengan keluarga penumpang pesawat Lion Air JT610 di lokasi crisis center bandara Soekarno Hatta. Menhub menyampaikan prihatin atas peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT.610 serta menyampaikan turut berduka cita mendalam kepada korban dan keluarga korban musibah ini.
Pada kesempatan yang sama Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menjelaskan saat ini pihaknya bersama Basarnas bekerjasama dengan TNI dan unsur terkait sedang fokus dalam upaya mencari serpihan-serpihan utama dari badan pesawat termasuk black box.
"Serpihan yang di permukaan sudah diambil di kapal semua sekarang kita konsentrasi mencari serpihan utama, kita mengerahkan kapal-kapal dari navigasi, TNI untuk melakukan pencarian dimana ada beberapa kapal yang dilengkapi dengan set scan sonar itu untuk menentukan dimana lokasi kira-kira serpihan pesawat itu ada," jelas Soerjanto.
Sementara itu Direktur Operasional Lion Air Capt. Daniel Putut menjelaskan pihaknya siap untuk memenuhi hak dan tanggung jawabnya terhadap keluarga korban sesuai aturan perundangan yang berlaku. Saat ini Lion Air juga memfasilitasi akomodasi dan keberangkatakan keluarga korban menuju Jakarta.
"Kepada keluarga korban kami akan memenuhi hak dan tanggung jawab kami sesuai aturan yang berlaku dan untuk keluarga korban, crisis center kita buka di Bandara Soekarno-Hatta, sampai nanti menunggu informasi lebih lanjut," ucap Daniel.
Â
Â
Â
Advertisement