Sukses

Selain Korban, Basarnas Hari Fokus Cari Badan Pesawat

Lion Air telah menerbangkan 116 keluarga korban dari Pangkal Pinang dan 3 keluarga dari Medan ke Jakarta sampai dengan hari ini.

Liputan6.com, Jakarta Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dan maskapai penerbangan Lion Air berkoordinasi melakukan pencarian korban pada hari kedua ini. Adapun pada hari ini, fokus utama Tim Basarnas ialah mencari tubuh utama pesawat Lion Air.

Ini diungkapkan Kasubdit Operasi Basarnas Agus Haryono. "Target kita pasti mencari korban dan tentunya untuk hari ini mencari main body pesawat," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (30/10/2018).

Hingga hari ini, Agus menyatakan, belum ada informasi terbaru terkait jumlah korban yang ditemukan Basarnas. "Kita belum ada update terbaru, jika sudah pasti akan segera diinformasikan kepada teman-teman," jelasnya.

Sementara itu, Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro menyampaikan, Lion Air telah menerbangkan 116 keluarga korban dari Pangkal Pinang dan 3 keluarga dari Medan ke Jakarta sampai dengan hari ini.

"Kami selaku maskapai Lion Air sudah memfasilitasi dan menerbangkan 116 keluarga korban dari Pangkal Pinang dan 3 keluarga dari Medan, mereka sudah berada di Jakarta," katanya.

Keluarga korban kini tersebar di posko evakuasi yang berada di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, rumah sakit, hingga Hotel Ibis terdekat dari lokasi evakuasi.

Danang melanjutkan, keberadaan keluarga korban di Jakarta penting untuk melakukan cek DNA serta pemeriksaan lainnya dalam memastikan jasad korban.

Sementara itu, informasi terbaru sejak 29 Oktober pukul 00.00, diketahui sudah 24 kantong jenazah yang ditemukan dan berhasil dievakuasi. Danang mengaku pihak maskapai masih akan terus lakukan pencairan korban secara konsisten dengan berbagai pihak berkepentingan.

"Kita akan tetap bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) serta tak lupa dengan rumah sakit terkait," jelasnya.

"Tak hanya itu, kita juga terus dampingi keluarga korban dengan sistem family assistant dan psikolog atau counceling. Kita terus dampingi keluarga korban," ia menambahkan.

Lion air juga tercatat membuka crisis center untuk informasi penumpang di nomer telepon (021)-80820002. "Kita akan terus update informasi terkini kepada masyarakat, khususnya keluarga korban," tandas dia.

 

2 dari 2 halaman

Pengamat Penerbangan: Pesawat Baru Jangan Bikin Kendor Pengawasan

Kementerian Perhubungan (Kemnhub) telah menjalankan langkah yang sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) dalam menangani musibah yang dialami pesawat Lion Air JT 610.

Pengamat industri penerbangan Budhi Mulyawan Suyitno mengatakan, apa yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia mengundang kepercayaan internasional.

"Langkah selanjutnya adalah Kemenhub jangan berhenti bertindak tapi segera melakukan langkah nyata dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk dapat membuat rekomendasi yang tepat," kata dia di Jakarta, Selasa (30/10/2018).

Menurutnya, Kemenhub sudah menjalankan penanganan sesuai SOP. Mulai dari memeriksa standar keberangkatan, koordinasi dengan Airnav sampai upaya evakuasi awal.

Selanjutnya, yang harus jadi pelajaran, Kemenhub dan semua pihak terkait baik itu operator maupun stakehoker lain mesti mengambil pelajaran dari kejadian ini.

"Pelajarannya antara lain semua harus tetap belajar dan waspada. Artinya walaupun misalnya pesawat yang digunakan relatif baru, standar pemeriksaan dan pengawasan tidak boleh lengah sedikitnya. Kultur ini harus terbangun mulai dari regulator, maskapai, awak pesawat maupun pihak lain seperti operator bandara, BMKG dan lainnya," tuturnya.

Dia juga mengingatkan dalam penanganan korban Lion Air JT 610 termasuk pemberian asuransi, semua pihak harus berpegang kepada aturan, mengingat transportasi penerbangan ini erat kaitan dengan dunia internasional. Yakni menyangkut pabrikan pembuat pesawat, sertifikasi pesawat, dan kepentingan penumpang.

"Ingat, transportasi udara itu merupakan transportasi yang membutuhkan teknologi tinggi yang memerlukan investasi yang sangat besar yang melibatkan sejumlah negara. Teknologinya tingkat tinggi, investasinya besar, dan tentu yang mahal dari itu adalah keselamatan penumpangnya," jelas dia.

Tonton Video Menarik Ini: