Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis. kenaikan ini berbalik arah dari pelemahan sebelumnya yang membuat harga logam mulia ini berada di posisi paling rendah dalam tiga pekan.
Pendorong utama dari kenaikan harga emas pada perdagangan Kamis adalah pelemahana dolar aS dari level tertinggi.
Mengutip Reuters, Jumat (2/11/2018), setelah jatuh selama tiga hari, harga emas di pasar spot naik 1,2 persen menjadi USD 1.229,21 per ounce. Sedangkan untuk harga emas berjangka AS naik 1,3 persen ke level USD 1.231,30 per ounce.
Advertisement
Baca Juga
The dollar index yang merupakan indeks pengukur nilai tukar dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia lainnya turun 0,7 persen. indeks ini turun dari level tertinggi selama 16 bulan.
Emas telah mencapai titik terendah sejak 11 Oktober pada hari Rabu di USD 1.211,52 per ounce.
"Meskipun reli belum dapat diperkirakan, harga emas di USD 1.250 per ounce akan menjadi level yang harus diperhatikan jika dolar AS melemah lebih lanjut atau pasar saham mengecewakan," kata analis Commerzbank Eugen Weinberg.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga emas turun ke posisi terendah dalam tiga minggu didorong dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat dan saham tertekan. Namun, sepanjang Oktober 2018, harga emas menguat seiring indeks saham AS yang merosot.
Wakil Presiden Direktur GoldMining Inc, Jeff Wright, menuturkan, rilis data ekonomi AS terutama sektor tenaga kerja ADP menguat pada Oktober menekan harga emas. ADP melaporkan tenaga kerja sektor swasta mencapai 227 ribu pada Oktober. Angka ini di atas harapan ekonom sekitar 178 ribu tenaga kerja baru.
Sepanjang Oktober 2018, harga emas naik 1,6 persen berdasarkan kontrak yang aktif. Sementara itu, harga perak untuk pengiriman Desember turun 1,2 persen ke posisi USD 14.282 per ounce. Harga perak susut 2,9 persen.
"Dolar AS yang menguat dan pemulihan nyata di pasar saham global membebani harga emas. Secara teknikal juga harga emas tertekan sehingga membuat investor berorientasi jangka pendek enggan bertaruh untuk harga emas,” tulis analis Commerzbank, seperti dikutip dari laman Marketwatch.
Advertisement