Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat menjelang akhir pekan ini. Bahkan rupiah kembali tembus level 14.995 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 1,14 persen ke posisi 14.995 per dolar AS pada Jumat (2/11/2018).
Pada pembukaan, rupiah menguat 0,2 persen dari posisi 15.127 per dolar AS pada penutupan Kamis 1 November 2018 ke posisi 15.087 per dolar AS.
Advertisement
Sepanjang Jumat pekan ini, rupiah bergerak di posisi 14.955 per dolar AS. Rupiah sudah melemah 10,33 persen sepanjang tahun berjalan 2018.
Berdasarkan data RTI, rupiah bergerak di posisi 14.981 per dolar AS pada pukul 22.07 WIB. Sementara itu, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.089 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.195 per dolar AS.
Baca Juga
Bank Indonesia (BI) menilai, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS didorong instrument BI mengenai aturan transaksi pasar non deliverable forward (NDF).,
"Mengenai perkembangan nilai tukar rupiah. Alhamdulillah dalam beberapa waktu terakhir itu stabil dan bahkan menguat. Saat ini (pagi tadi) rupiah kalau di pasar spotnya diperdagangkan sekitar Rp 15.090 per USD," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat 2 November 2018.
Perry menyebut, penguatan terhadap nilai tukar rupiah ini juga diperkuat oleh instrumen BI mengenai aturan transaksi pasar Non Deliverable Forward (NDF) di dalam negeri atau Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).
Dia menuturkan, sejak diberlakukan mulai 1 November 2018, DNDF mampu mendorong kecukupan likuiditas baik di pasar rupiah maupun valuta asing (valas).
Bahkan, hingga saat ini, kata dia sudah ada sebanyak 11 bank yang telah melakukan transaksi DNDF dari 30 bank yang menyatakan kesiapannya.
"Pergerakan pasar sangat bagus suplai dan demand bergerak jadi ini penguatan Rupiah itu adalah memang murni mekanisme pasar suplai dan demand. Oleh karena itu, saya sampaikan terimakasih kepada kalangan perbankan, pelaku pasar keuangan dan juga pelaku koorporasi yang memang secara aktif bertransaksi di pasar valas," kata Perry.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
BI: Pelemahan Rupiah Tak Sedalam Mata Uang Negara Lain
Sebelumnya, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah melemah 10 persen dari awal tahun. Pelemahan tersebut tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan beberapa negara lain.Â
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, kondisi tersebut didukung upaya BI yang terus fokus melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar.Â
Dari BI, kami fokus bagaimana untuk melakukan langkah stabilitas dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, untuk memastikan likuiditas di pasar keuangan cukup dan kerja sama internasional yang kami jalankan," kata Perry dalam acara konfrensi pers KSSK, di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Kamis 1 November 2018.
Perry mengungkapkan, perkembangan nilai tukar rupiah memang disebabkan adanya tekanan dari global tapi kondisinya masih relatif stabil dalam batas yang normal.
"Deprsiasi rupiah sektar 10 persen (ytd), lebih rendah dibandingkan India, Brazil, Turki, Rusia," ujarnya.
Dia menegaskan BI bersama pemerintah akan terus memprioritaskan kebijakan untuk menjaga nilai tukar rupiah.
"Dengan pemerrintah melakukan langkah bersama," ujar dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement