Sukses

Awal Pekan, IHSG Diramal Tembus ke Level 6.000

Laju IHSG diperkirakan bergerak di zona hijau pada perdagangan saham Senin (5/11/2018).

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak di zona hijau pada perdagangan saham Senin (5/11/2018). Gerak IHSG diprediksi diperdagangkan pada level 5.860-6.025.

Managing Director Jagartha Advisors, FX Iwan mengatakan, IHSG berpotensi menguat dan menembus level 6.000 ke posisi 6.025. Di awal pekan ini, Iwan menilai, sentimen eksternal masih bayangi laju IHSG dalam sepekan ke depan.

"Fokus akan tertuju pada perkembangan diskusi perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China untuk mendapatkan kesepakatan baru terutama menjelang mid-term election di AS pada pekan depan 6 November," tuturnya.

"Hasil dari mid-term election itu juga dapat mempengaruhi sentimen pasar apabila terjadi kejutan diluar ekspektasi," ia menambahkan.

Sementara itu, dari dalam negeri, lanjut dia, pasar domestik akan tertuju pada data rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III dan juga data cadangan devisa (cadev) RI.

Senada, Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menyebutkan, katalis positif memang menjadi angin segar bagi laju IHSG di awal pekan ini. Namun, penguatan IHSG belum terbilang signifikan.

Ia meramalkan, penguatan IHSG masih bersifat di level rendah dengan diperdagangkan di kisaran 5.855-5.910.

Adapun menurut pengamatan Lanjar, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada dibawah tahun sebelumnya sebesar 5,1 persen dari 5.27 persen pada periode sebelumnya. Hal tersebut dapat menjadi penahan laju penguatan IHSG dipekan selanjutnya.

 

2 dari 2 halaman

Rekomendasi saham

Melihat kondisi ini, Iwan menambahkan saham-saham bluechip yang menjadi pilihan investor asing seperti saham industri perbankan.

Saham itu antara lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Kemudian Lanjar menganjurkan saham konstruksi dan pertambangan seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), serta PT Vale Indonesia Tbk (VALE).