Liputan6.com, New York - Indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average naik pada Senin (Selasa pagi WIB), karena kenaikan harga minyak mengangkat saham energi dan sektor pertahanan seperti utilitas dan real estate. Investor berhati-hati tentang dampak sanksi Iran dan pemilihan kongres Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari Reuters, Selasa (6/11/2018), sektor energi naik 1,6 persen setelah AS memberlakukan berbagai sanksi hukuman terhadap Iran yang mengangkat harga minyak.
Advertisement
Baca Juga
Keengganan investor untuk mengambil risiko sehari sebelum pemilu jangka menengah AS juga membantu memberikan tekanan pada sektor-sektor seperti teknologi, layanan komunikasi, dan diskresi konsumen.
"Terlepas dari kecenderungan politik Anda, Anda tidak tahu apa yang akan terjadi pada hari Selasa yang akan memengaruhi beberapa tahun ke depan sehingga Anda akan mencari aman," kata Forrest.
jajak pendapat menunjukkan peluang yang kuat bagi Partai Republik Presiden Donald Trump yang memegang Senat. Tetapi kehilangan kendali dewan yang pro-bisnis Trump.
Dow Jones Industrial Average naik 201,78 poin atau 0,8 persen menjadi 25.472,61, S&P 500 naik 17,2 poin atau 0,63 persen menjadi 2.740,26 dan Nasdaq Composite turun 28,27 poin atau 0,38 persen menjadi 7.328,72.
Di antara 11 indeks sektor utama S&P 500, sektor real estate mencetak kenaikan terbesar yaitu 1,9 persen. Sektor utilitas naik 1,3 persen sementara konsumen naik 1,2 persen.
Penurunan 3 persen saham Apple setelah Nikkei melaporkan perusahaan telah mengatakan kepada dua perakit smartphone untuk menghentikan rencana untuk jalur produksi tambahan yang didedikasikan untuk iPhone XR.
Berkshire Hathaway melonjak 5,7 persen setelah perusahaan milik miliarder Warren Buffett mencetak kenaikan laba operasional hingga dua kali lipat hingga kuartal III 2018..
Kenaikan itu membantu mengangkat indeks keuangan S&P sekitar 1,6 persen menjelang pertemuan kebijakan moneter The Fed selama dua hari yang dimulai pada hari Rabu.
Saham rally mereda karena perdagangan, kekhawatiran Fed mendominasiInvestor telah khawatir tentang pengetatan kebijakan moneter AS, terutama setelah serangkaian data ekonomi yang kuat, termasuk laporan pekerjaan hari Jumat.