Sukses

Faisal Basri: Efek Penguatan Rupiah Belum Terasa

Ekonom, Faisal Basri, menilai sejumlah indikator ekonomi tidak seburuk yang dibayangkan menopang penguatan rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat dalam dua hari terakhir. Pada Selasa pagi, rupiah bahkan dibuka menguat pada level 14.945 per dolar AS. 

Ekonom, Faisal Basri, menilai efek penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belum begitu signifikan. Meski begitu, ia mengatakan kondisi fundamental perekonomian RI memang terbilang stabil pada saat ini.

"Belum begitu terasa efek penurunan nilai tukar. Kita lihat nanti kecenderungan pada November-Desember. Minggu depan keluar data neraca pembayaranya Bank Indonesia (BI). Itu baru klop nanti bisa dilihat," tutur dia di Menteng, Jakarta Pusat (6/11/2018).

"Tapi fundamental (perekonomian) relatif bagus kalau kita lihat beberapa  indikator membaik tidak seburuk yang saya bayangkan ya pertumbuhannya," ia menambahkan.

Ia pun berharap momentum ini dapat dijaga baik oleh pemerintah ke depannya. Termasuk dalam hal ini menjaga kondisi ketidakpastian global dalam rentang yang masih terukur bagi Indonesia.

"Kalau momentumnya bisa dijaga ya bagus, tapi catatannya cukup banyak ya. Oleh sebab itu jangan ada blunder yang buat asing itu jadi ingin jual surat utang negara (SUN)," ujar dia.

"Blunder itu seperti ketidakpastian, instabilitas, mereka enggak suka ini. SUN dalam rupiah itu 37 persen dimiliki asing, kalau asingnya jual-jual terus maka celaka kita," tambah dia.

 

 

2 dari 2 halaman

Rupiah Menguat ke 14.892 per Dolar AS

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak menguat pada perdagangan Selasa pekan ini. Penguatan rupiah ini menuju 14.700 per dolar AS. 

Mengutip Bloomberg, Selasa 6 November 2018, rupiah dibuka di angka 14.947 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.976 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.892 per dolar AS hingga 14.947 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 9,11 persen.

Sedangka berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.891 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.972 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, laju dolar AS melemah seiring dengan aksi lepas dolar oleh investor jelang adanya pemilu tengah semester AS, sehingga berimbas pada penguatan rupiah.

"Dengan kondisi tersebut, pergerakan rupiah menguat dengan memanfaatkan pelemahan dolar AS," ujar Reza dikutip dari Antara.

Reza memperkirakan pada Selasa ini rupiah akan bergerak di kisaran 14.983 per dolar AS hingga 14.969 per dolar AS.

Meski dirilisnya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianggap di atas ekspektasi, namun, tidak cukup kuat mengangkat rupiah. Bahkan berbalik melemahnya laju dolar AS setelah penguatan selama beberapa hari sebelumnya juga tidak direspon positif.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis PDB kuartal III 2018 naik 5,17 persen, di atas ekspektasi sejumlah pengamat yang memperkirakan di angka 5,14 persen. Pertumbuhan ekonomi itu dinilai tertinggi secara tahunan sejak 2014 atau di masa kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo.

Konsumsi pemerintah pada kuartal III 2018 cukup memberikan kontribusi lebih bagi pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut yang tumbuh 5,17 persen.

Meski dinilai di atas ekspektasi, namun angka tersebut jauh lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,27 persen. Oleh karena itu, pelaku pasar memanfaatkan penguatan rupiah sebelumnya untuk kembali melemah.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â