Sukses

Jaga Produksi Beras, Menteri Pertanian Siap Sulap Rawa Jadi Sawah

Sejak 2013 lalu telah terjadi penurunan ketersediaan sawah sebagai lahan baku pertanian sekitar 650 ribu hektare (ha).

Liputan6.com, Jakarta Demi menjaga produksi beras sebagai sumber ketahanan pangan negara, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengaku siap meneruskan arahan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, untuk menyulap rawa menjadi lahan produktif.

"Kita fokus pertama arahan pak Menko (Darmin), ternyata HPS (Hari Pangan Sedunia, 18 Oktober) kemarin dianggap berhasil rawa itu. Rawa kita fokus garap, ygan dulunya tidur, rawa tidur kita bangunkan rawa dan petani tidur," ujar dia di Jakarta, Selasa (6/11/2018).

Sebelumnya, Menko Darmin sendiri sempat menyatakan, sejak 2013 lalu telah terjadi penurunan ketersediaan sawah sebagai lahan baku pertanian sekitar 650 ribu hektare (ha). Jumlahnya dari 7,75 ha menjadi 7,1 juta ha pada 2018.

"Lahan baku sawah itu disiapkan oleh BPS, bekerjasama dengan BIG dan Lapan. Hasilnya adalah, kalau tahun 2013 bilang lahan baku sawah kita adalah 7,75 juta, hasil pemotretan terakhir lahan baku sawah kita adalah 7,1 juta ha," paparnya.

Hal itu turut menyebabkan luas panen sawah juga mengalami penurunan. Hasil perhitungan BPS dan BBPT mencatat luas panen pada tahun ini hanya sebesar 10,9 juta ha. Artinya, lahan baku sebesar 7,1 juta ha hanya ditanami sebanyak 1,54 kali dalam setahun.

Lebih lanjut, Menteri Amran menjelaskan, proyek rawa garapan ini ke depannya berada di luar lahan gambut yang terdata di Badan Restorasi Gambut. Selain itu, pemerintah bakal mengoptimalkan luas potensi lahan rawa yang kelak bakal diubah menjadi sawah, seperti yang sudah dilakukan di Pulau Kalimantan.

"Sebanyak-banyaknya (restorasi rawa jadi sawah), kan nanti kita lihat baru mau dibuat, dan kalau itu jadi bisa luar biasa. Anda lihat kan rawa yang sudah kita bangun? Coba lihat di Kalimantan," tandas dia.

2 dari 2 halaman

Strategi Optimalkan Produksi Padi di Lahan Rawa

Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa pasang surut dan lahan lebak guna menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045.‎

Namun, sayangnya, produktivitas lahan suboptimal antara lain pasang surut, rawa lebak dan gambut, relatif rendah yaitu sekitar 3 ton-4 ton per hektare (ha). 

Kepala Divisi Marketing PT Indo Acidatama Tbk, Edy Darmawan, mengatakan untuk mengatasi hal ini, pihaknya telah produksi pupuk Beka Gambut sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi, meski di lahan rawa sekali pun.

"Dengan menggunakan pupuk cair Beka, produksi bisa naik dua kali lipat. Jika produksi semula 3,5 ton per ha, setelah pakai pupuk Beka, produksi bisa mencapai 7 ton per ha,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (19/10/2018).

Dia menjelaskan, keunggulan produk ini yaitu mampu menaikan pH tanah, rawa, pasang surut dan tanah lebak. Edy menuturkan, pihaknya telah uji coba penggunaan pupuk ini di lahan rawa lebak di Desa Jejangkit, Kecamatan Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Hal ini juga dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia ke-38 yang berlangsung di provinsi tersebut.

‎"Areal demplot (demonstration plot) Indo Acidatama di areal panen raya HPS seluas 15,5 ha dengan menggunakan bibit IPB-3S, Padi Mikongga, Padi Hibrida Suppadi 89 dan juga padi INPARA 2. Hasil panen demplot kami, produktivitas tanaman padi meningkat dua kali lipat. Pupuk Beka Gambut juga dapat menekan biaya produksi sekitar Rp 1,5 juta per ha," kata dia.