Sukses

Cadangan Minyak di Lapangan Banyu Urip bakal Meningkat

Potensi cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip kemungkinan naik. Namun untuk besaran angkanya belum bisa diberikan detail.

Liputan6.com, Jakarta Exxon Mobile Cepu Limmited berencana meningkatkan cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro JawaTimur untuk mendorong produksi.

‎Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, potensi cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip kemungkinan naik. Namun untuk besaran angkanya belum bisa diberikan detail.

"‎Banyu Urip itu ada potensi cadangan, kemungkinan naik. Seberapa besar belum tunggu resmi dari Exxon," kata dia di Jakarta, Jumat (‎9/11/2018).

Menurut Arcandra, kenaikan cadangan minyak dapat meningkatan produksi. Namun untuk potensi kenaikan produksi minyak diserahkan kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas bumi (SKK Migas).

"Tapi ada kemungkinan kenaikan cadangan dan menigkatkan produksi. ‎Ini yang tahu persis SKK, tapi ada potensi naik yang di-report November ini," tutur Arcandra.

‎Dia mengungkapkan, jika langkah menaikkan produksi minyak dari lapangan penyumbang 25 persen produksi minyak nasional tersebut masih dalam kondisi aman. Sebab, kapasitas produksinya masih rendah.

"Produksi 207 - 208 (ribu barel per hari) ya sekarang kapasitas prod 180 (ribu barel per hari) sekarang rendah, naik masih aman. Ke depan kita lihat," tandasnya.

 

2 dari 2 halaman

Pertamina EP Ajukan Rencana Produksi Lapangan Sukowati 12 Ribu BOPD di 2019

PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) mengusulkan produksi Lapangan Sukowati rata-rata sebesar 12 ribu barel minyak per hari (barrel oil per day/bopd) untuk tahun depan. Pada awal 2019, produksi Sukowati akan dimulai di level 9.000 bopd.

"Harapannya pada 2019 starting di angka 9 ribuan, ramp up di Februari. Sebentar lagi dengan SKK Migas akan mengajukan usulan-usulan sehingga bisa mencapai 12 ribu," kata Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Menurut Nanang, kesulitan yang dihadapi di Sukowati adalah membuat semen bonding yang bagus dan berumur panjang. Rencana pengembangan dari sisi surface facilities untuk bisa maintenance produksi Lapangan Sukowati dilakukan dengan upgrading, pembangunan flow line dari sumur injeksi, general overhole, power supply, serta upgrading kantor.

"Ini rencana kerja untuk maintenance produksi Lapangan Sukowati. Kita pernah mencapai puncak di atas 40-ribu barel pada 2012, 2013, lalu terjun bebas di 2014. Sekarang kita mulai ramp up, harapannya peningkatan sampai dengan tahun depan," ungkap Nanang.

Rata-rata produksi minyak Lapangan Sukowati sesudah terminasi 20 Mei 2018 mencapai 9.493 BOPD, dari sebelum diambil alih sebesar 6.874 BOPD. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan hingga 2.500 BOPD hanya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.

Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), mengatakan tim SKK telah melaporkan bahwa ada potensi menaikkan produksi minyak dengan cara sederhana.

“Mereka cerita soal semen bonding seperti yang dilakukan di Lapangan Sukowati. Lumayan logis, practical. Yang penting produksi naik," kata Amien.

SKK Migas sudah membentuk tim terkait upaya peningkatan produksi minyak dengan memperbaiki kualitas semen bonding. Selain itu, masalah sumber daya manusia juga perlu diperhatikan. Pertamina diyakini memiliki saya yakin manajemen sumber daya manusia yang cukup baik.

"Saya fokus ke output, human resources management harus dipegang betul. Dengan demikian discovery bisa naik. kalau Sukowati bisa 50 persen masa yang lain tidak bisa? Lapangan ada, orangnya ada, teknologi ada, challenge-nya how to make it happen," kata Amien.Lapangan Tua

Menurut Nanang, produktivitas lapangan tua hingga kini masih menjadi suatu tantangan bagi perusahaan minyak dan gas (migas) nasional. Strategi pengelolaan lapangan tua perlu mengedepankan upaya-upaya agar lapangan tersebut tetap memberikan nilai keekonomian yang tinggi.

"Mengelola aset yang mature kalau dipaksa dilakukan adalah dengan optimalisasi. Kalau produktivitas rendah dan cost rendah, ini dilema," kata Nanang.

Dia menambahkan 90 persendari total 300-an lapangan yang dikelola Pertamina EP sudah termasuk mature fields.

Pertamina EP, kata Nanang, sudah melakukan studi yang mengarah pada CO2 flooding seiring pengelolaan Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru. Lapangan gas Jambaran Tiung Biru diyakini memiliki sumber CO2 yang cukup besar.

"Sebesar 90juta kaki kubik tiap hari akan dihasilkan CO2 dari Jambaran Tiung biru. Dua tahun ke depan kami harus siap menampung CO2 yang dihasilkan Jambaran. Mungkin 2021 kita confidence untuk implementasikan CO2 flooding untuk EOR di Lapangan Sukowati. Harapannya bisa diimplementasikan, studi bisa jalan sesuai skenario dan punya impact nasional," kata Nanang.

 

Video Terkini