Sukses

Rupiah Masih di Kisaran 14.600 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.607 per dolar AS hingga 14.684 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - NIlai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih tetap menguat pada perdagangan Jumat pekan ini.  Pergerakan rupiah cenderung mulai tertahan terhadap dolar AS menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Desember.

Mengutip Bloomberg, Jumat (9/11/2018), rupiah dibuka di angka 14.645 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.539 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah menguat ke level 14.607 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.607 per dolar AS hingga 14.684 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih melemah 8,06 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.632 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.651 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, pergerakan rupiah cenderung mulai tertahan terhadap dolar AS menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Desember.

"Menjelang pertemuan The Fed, pergerakan rupiah berbalik turun," katanya dikutip dari Antara.

Ia menambahkan peluang bagi the Fed untuk kenaikan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR) secara berkala membuat pelaku pasar kembali beralih ke dolar AS.

"Pengetatan moneter di Amerika Serikat masih terus berlangsung hingga tahun mendatang," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir ini juga turut dimanfaatkan oleh sebagian pelaku pasar untuk ambil untung.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan dolar AS masuk dalam fase konsolidasi setelah hasil pemilu sela kongres Amerika Serikat yang sudah sesuai prediksi pasar.

"Penguatan dolar AS mengindikasikan investor masih cukup berminat pada aset di Amerika Serikat," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Cadangan Devisa Naik Jadi USD 115,2 Miliar Imbas Rupiah Menguat

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia sebesar USD 115,2 miliar pada akhir Oktober 2018. Angka ini meningkat apabila dibandingkan dengan akhir September 2018 yang mencapai USD 114,8 miliar.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, peningkatan cadangan devisa ini karena penguatan rupiah dalam beberapa waktu terakhir. Bank Indonesia tidak melakukan intervensi untuk stabilisasi mata uang Garuda. 

"Memang pada waktu seminggu ini, ya hari ini saya belum tahu. Ya tapi kan menguatnya agak banyak. Seminggu ini BI enggak intervensi, malah ada dana yang masuk sudah," ujar Menko Darmin di Kantornya, Rabu (7/11/2018) malam.

Lebih lanjut, Darmin menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah salah satunya disebabkan Kemenangan Partai Demokrat dalam pemilu sela di Amerika Serikat (AS). Kemenangan ini memunculkan anggapan kebijakan proteksionisme Donald Trump akan melunak.

"Kenapa hari ini begitu jauh menguatnya? Karena di AS ya house of representatif-nya dimenangkan oleh Demokrat. Orang mulai hitung, Nah ini kebijakan galaknya Trump boleh jadi akan direm. Ini semua spekulasi. Ya, jadi arahnya pada saatnya akan balik ke fundamentalnya," jelas dia.

Meski demikian, Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut belum dapat memastikan penguatan nilai tukar rupiah akan terjadi untuk jangka panjang. "Saya belum mau jawab. Itu tergantung kejadian dunia ini apa saja yang terjadi," tandasnya.

Â