Sukses

Alibaba: Transaksi Online di Indonesia Bisa Capai Rp 413 Triliun di 2018

Alibaba membangun kemitraan dengan beberapa pihak e-commerce besar di dalam negeri agar bisa masuk ke pasar Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Alibaba Group menilai, pertumbuhan bisnis di sektor e-commerce Indonesia sangatlah cepat. Hal ini disampaikan Vice Chairman Alibaba Group Joe Tsai, yang mengaku terkejut dengan perkembangan pesat pelaku usaha digital di Indonesia.

Dia memprediksi, total transaksi atau Gross Merchandise Volume (GMV) di pasar online Indonesia pada 2018 ini bisa mencapai USD 28 miliar, atau sekitar Rp 413 triliun.

"Tahun ini, kami berharap Indonesia bisa meraup total GMV sebesar USD 28 miliar yang berasal dari berbagai platform. Dalam hal ini, kita melihat adanya suatu tren yang penting dan menarik," ungkap dia di Shanghai, Senin (12/11/2018).

Sebagai contoh, ia menyebutkan, media sosial memiliki dampak yang begitu besar bagi masyarakat Indonesia.

"Tapi sampai tahun ini hal itu belum begitu besar, lantaran beberapa platform e-commerce lokal sudah terlalu kuat. Misalnya Tokopedia, dimana kita punya investasi di sana," paparnya.

Oleh karenanya, Joe Tsai melanjutkan, Alibaba coba membangun kemitraan dengan beberapa pihak e-commerce besar di dalam negeri agar bisa masuk ke pasar Indonesia.

"Sekarang kami punya Lazada, yang sepenuhnya kami operasikan dan sangat bagus dalam hal bisnis B2C, khususnya logistik. Sementara dalam konteks C2C, kita bermitra dengan Tokopedia," ucapnya.

"Sedangkan untuk Alipay, kami juga punya partner yang tempo hari sudah meluncurkan mobile wallet, DANA," dia menambahkan.

Lebih lanjut, dia menyampaikan, Alibaba pun telah coba bernegosiasi dengan Bank Indonesia agar Alipay bisa digunakan sebagai alat transaksi perdagangan di Indonesia.

"Kami juga akan mulai berpartner dengan Bank Indonesia, soalnya pelaku usaha lokal berdiri di bawah payung mereka. Dengan bermitra bersamanya, Alipay punya kesempatan masuk ke merchant-merchant mereka," tutur dia.

2 dari 2 halaman

Pecahkan Rekor 2017, Transaksi Belanja Online 11.11 Alibaba Naik 27 Persen

Pesta belanja online 11.11 yang digelar Alibaba Group pada 11 November 2018 resmi berakhir. Perayaan tersebut mencatatkan rekor baru pada tahun ini, dengan memperoleh total transaksi (Gross Merchandise Volume/GMV) RMB (renminbi) 213,5 miliar atau USD 30,8 miliar.

Nilai total transaksi tersebut meningkat sekitar 27 persen dari 2017, yang sebesar RMB 168,2 miliar atau USD 25,3 miliar.

CEO Alibaba Group Daniel Zhang mengatakan, kesuksesan ini turut didorong meningkatnya kebutuhan konsumsi warga China terhadap produk-produk berkualitas, khususnya yang didatangkan dari luar Tiongkok. 

"Hari ini, kita menyaksikan kekuatan dan kebangkitan ekonomi berbasis konsumsi di Tiongkok serta bagaimana para konsumen terus meningkatkan kualitas hidup sehari-hari mereka," tutur dia seusai penutupan 11.11 di Shanghai, China, Senin (12/11/2018).

Angka GMV mulanya berhasil menembus RMB 168,2 miliar pada pukul 15.49 waktu setempat. Namun begitu, jumlah tersebut masih belum dapat menyentuh total transaksi 2017 dalam hitungan dolar Amerika Serikat yang sebesar USD 25,3 miliar.

Sebagai informasi, posisi kurs yuan terhadap dolar pada 11 November 2017 berada di kisaran RMB 6,6415. Nilai tukar itu meningkat di tahun berikutnya pada tanggal yang sama, menjadi RMB 6,9329.

Total transaksi 11.11 pada tahun lalu itu akhirnya pecah telur sekitar pukul 17.30 waktu setempat, saat perhitungan GMV mencapai nominal USD 25,3 miliar. Meski demikian, pergerakan transaksi masih terus terjadi hingga berganti hari, dan sukses mencatatkan rekor baru senilai RMB 213,5 miliar atau USD 30,8 miliar pada pukul 00.00 waktu setempat.

Alibaba juga melaporkan, lebih dari 40 persen konsumen melakukan pembelian dari merek dagang. Selain itu, tercatat pula ada konsumen dari 230 negara dan wilayah yang berpartisipasi dalam 11.11 Global Shopping Festival tahun ini.

Dalam perayaan tahun ini, Lazada juga ikut berpartisipasi sebagai bagian dari ekosistem Alibaba, yakni dengan menghadirkan festival belanja online tersebut kepada konsumen di kawasan Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, termasuk Indonesia.