Sukses

Sevel Tutup Gara-Gara Pelanggan Beli 1 Minuman tapi Nongkrong 3 Jam

Pelanggan yang irit menjadi salah satu sebab tutupnya Sevel.

Liputan6.com, Jakarta - Tahun lalu, 7-Eleven (Seven Eleven/Sevel) terpaksa gulung tikar di Indonesia. Sejak buka pada 2009 di DKI Jakarta dan sekitarnya, tempat itu sudah menjadi tongkrongan keren bagi para kaum urban.

Bila kebangkitan Sevel ditopang para anak nongkrong, ternyata mereka juga berperan sebagai salah satu sebab kejatuhan Sevel karena perilaku beli sedikit, namun lama nongkrong.

"Mereka bisa saja hanya membeli satu minuman atau roti, dan duduk di sana selama tiga jam," ujar Research Manager Euromonitor International Adhitya Nugroho seperti dikutip dari CNBC.

Sevel buka pada tahun 2009 silam, dan pada 2010 berhasil membuka 21 gerai, dan dua tahun kemudian menjadi 100 gerai, sampai akhirnya mencapai 190 toko pada 2014. Namun, Sevel tak bisa menyaingi Alfamart dan Indomaret yang membuka sepuluh ribu lebih toko.

Persaingan itulah yang menjadi alasan signifikan lain tutupnya Sevel. Bila Indomaret dan Alfamart dapat melakukan ekspansi ke daerah-daerah lain, Sevel hanya berkembang di daerah DKI.

Adithya menyebut Sevel tak bisa berekspansi karena tersandung regulasi. Sementara, brand minimarket lokal menghadapi restriksi yang lebih longgar.

Ada pula masalah pencekalan penjualan minuman keras di minimarket pada tahun 2015. Sevel yang memiliki model bisnis sebagai tempat nongkrong pun terkena dampak dan penjualannya turun 24 persen pada tahun berikutnya, sementara minimarket saingan masih bisa selamat karena menjual beragam produk.

Meski begitu, Sevel menyebut masih belum menyerah dan tengah mencari partner internasional terbaru untuk beroperasi. Seperti halnya di Jepang di mana Sevel, bermitra dengan Ito Yokado, terus eksis sejak berdiri tahun 1974. Sekarang terdapat lebih dari 20 ribu gerai Sevel di Jepang.

2 dari 2 halaman

Ekspansi, FamilyMart Ambil Alih Toko Sevel dan Starmart

Sebelumnya, FamilyMart Indonesia makin ekspansi dengan menambah gerai. Bahkan mengambil alih sejumlah toko waralaba sebelumnya yaitu Seven Eleven dan Starmart.

Chief Executive Officer FamilyMart Indonesia, Wirry Tjandra menargetkan menambah 120 toko pada 2018. Dari 120 toko, 100 toko sudah terealisasi. Pada 2018, pihaknya fokus membuka toko di kawasan Segitiga Emas Jakarta atau area sentra bisnis ibukota.

"Tahun ini kita targetkan menambah 120 toko. Sudah 100, tambah 20 lagi,” ujar dia di Grand Rubina, Jakarta, Selasa 3 Juli 2018.

Dia menuturkan, untuk menggenapi toko hingga 120 toko, FamilyMart telah mengambil alih sejumlah toko gerai waralaba yang sebelumnya sudah menutup operasionalnya di Indonesia antara lain Starmart dan Seven Eleven.

"Kami take over sebanyak 49 toko Starmart dan 13 toko Seven Eleven," kata dia.

Selain melakukan ekspansi bisnis di Jabodetabek, FamilyMart juga akan ekspansi ke beberapa kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Surabaya, dan Bali. Meskipun demikian dia enggan membeberkan berapa nilai investasi yang bakal dikeluarkan untuk ekspansi bisnis tersebut.

"Tahun depan kita akan 50 sampai 100 toko. Kita juga akan buka di beberapa kota besar, Bali, Surabaya, Bandung," kata dia.