Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menuturkan, agar para pelaku industri keuangan merangkul perubahan yang disebabkan disrupsi teknologi. Penolakan untuk beradaptasi dapat mengancam eksistensi bank itu sendiri.
Dia menuturkan, adaptabilitas ini perlu dimulai dari kepemimpinan yang memahami fenomema perubahan teknologi yang didorong oleh teknologi dan berubahnya landscape industri.
"Saya berharap bahwa seluruh perbankan, seluruh institusi, dan leadershipnya mampu memahami perubahan teknologi ini, perubahan yang di-drive oleh inovasi dan landscape industri yang berubah, sehingga mereka tidak mengalami nasib seperti dinosaurus di mana mereka tak berubah sehingga kemudian punah," ucap Sri Mulyani dalam pidatonya di Indonesia Banking Expo (IBEX) 2018, Kamis (15/11/2018) di Hotel Fairmont, Jakarta.
Advertisement
Baca Juga
Ia menyadari, tantangan ini tidak mudah. Meskipun inklusi digital di dunia keuangan Indonesia telah meningkat dari 36 persen menjadi 48,9 persen berdasarkan data Bank Dunia, tetapi Sri menyebut Indonesia masih tertinggal dari India.
Hal ini dikhawatirkan memunculkan keadaan eksklusivitas di dunia finansial digital. Apalagi berdasarkan data tersebut 50 persen masyarakat Indonesia masih belum menikmati inovasi keuangan.
Meski begitu, Sri Mulyani tetap optimistis dan mengatakan pentingnya kemampuan adaptasi di dunia industri keuangan. Ini menurut dia sesuai dengan semangat pemerintahan saat ini yang tidak kaku menghadapi perubahan global.
"Perubahan adalah keniscahyaan. Tak bisa kita hindari. Yang menjadikan seseorang atau institusi berhasil menghadapi perubahan adalah yang memiliki adaptability yang kuat," ujar dia.
Â
Sri Mulyani: Aset Penting Suatu Negara adalah Manusia
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, peranan sumber daya manusia (SDM) sangat penting bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Pemerintah pun mengalokasikan 20 persen anggaran tahun ini untuk meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan.
"Aset yang paling penting dari negara adalah manusia. Dan kualitas manusia harus jadi pusat perhatian kita. Untuk Indonesia sesudah reformasi, kita punya komitmen 20 persen anggaran negara kita untuk pendidikan. Artinya, tahun ini kita habiskan Rp 440 triliun untuk pendidikan saja," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Selasa 13 November 2018.
Dia mengatakan, sebagian dari dana tersebut dipakai untuk dana abadi pendidikan dalam bentuk pemberian beasiswa terhadap anak bangsa yang memiliki kemauan untuk menempuh pendidikan di universitas ternama luar negeri. Hingga 2018, pemerintah telah mengirimkan sebanyak 18.000 pelajar ke luar negeri.
"Sebagian dialokasikan untuk dana yang sifatnya dana abadi pendidikan. Yang dipakai untuk bayar beasiswa mahasiswa kita untuk bisa sekolah di universitas terbaik dunia. Sudah lebih dari 18.000 yang kita kirim, lebih dari 7.000 yang sudah selesai dan 9.000 yang on going," jelas dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, pemerintah masih akan terus fokus membenahi kualitas SDM Indonesia. Presiden Jokowi sendiri meminta memperkuat pengelola pendidikan termasuk penelitian bagi universitas maupun institusi pemerintahan.
"Kita juga lakukan untuk institusi yang penting, karena kalau kualitas SDM di institusi tidak mengalami perkembangan yang cepat, maka mereka akan bisa jadi faktor penghalang kemajuan Indonesia. Oleh karena itu, institusi di Indonesia, baik pemda, Polri, dan sebagainya itu juga jadi target beasiswa kita selain universitas," ucap Sri Mulyani.
Â
 Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement