Sukses

Neraca Perdagangan Defisit, Ini Kata Menko Darmin

Meski secara global pertumbuhan ekonomi masih menujukan tren positif, namun untuk menggenjot ekspor masih sulit.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, angkat suara terkait dengan neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit. Menurutnya, defisit ini terjadi dikarenakan kebutuhan impor masih mendominasi pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

"Iya memang artinya karena memang pertumbuhannya relatif lebih baik impornya jalan terus. Coba kalau kamu liat selalu dominasinya adalah bahan baku, baru barang modal, barang konsusmsi juga tapi tidak banyak berubah," kata Darmin saat ditemui di Kantornya, Jakatrta, Kamis (15/11/2018).

Darmin mengatakan, meski secara global pertumbuhan ekonomi masih menujukan tren positif, namun untuk menggenjot ekspor diakuinya masih sulit. Beberapa sentimen seperti perang dagang pun kerap membuat ekspor menjadi melemah.

"Sehingga dalam situasi global yang ada sekarang di dalam ekonominya berjalan dengan relatif baik, tetapi ekspornya dengan gejolak yang ada kita keliatannya kesulitan, karena sebagian perang dagang," katanya.

"jadi ekspornya malah hanya berberapa saja tidak bisa megimbangi pertumbuhan impornya," tambahnya.

Darmin menilai, persoalan defisit ini merupakan jangka menengah panjang. Pemerintah perlu waktu untuk kembali memikirkan berbagai langkah kebijakan, terutama untuk mengendalikan impor dan meningkatkan ekspor dalam negeri.

"kalau langkah pendek kita sudah ambil seperti DHE Devisa Hasil Ekspor (DHE), B20 ya kan," katanya.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 1,82 miliar. Defisit ini berasal dari impor sebesar USD 17,62 miliar dan ekspor sebesar USD 15,80 miliar.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Neraca Perdagangan Indonesia Defisit USD 1,82 Miliar pada Oktober 2018

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar USD 1,82 miliar pada Oktober 2018. Defisit ini berasal dari impor sebesar USD 17,62 miliar dan ekspor sebesar USD 15,80 miliar.

"Dengan menggabungkan impor dan ekspor maka neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar USD 1,82 miliar pada Oktober 2018," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Impor Indonesia pada Oktober meningkat tajam sebesar 20,60 persen jika dibandingkan pada September 2018. Sementara jika dibandingkan dengan Oktober 2017, impor naik 23,66 persen. 

"Ini karena impor migas naik sebesar 26,97 persen dan non migas naik 19,42 persen jika dibandingkan dengan September 2018," jelas dia.

Sektor migas mencatatkan impor sebesar USD 2,91 miliar pada Oktober. Sementara pada sektor non migas sebesar 14,71 miliar. "Impor ini tetap menjadi perhatian pemerintah, supaya bisa dikendalikan," jelasnya.

BPS juga mencatat nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2018 sebesar USD 15,80 miliar. Angka tersebut naik 3,59 persen dibanding Oktober 2017 dan naik 5,87 persen dibanding September 2018.

Sektor migas menyumbang ekspor USD 1,48 miliar. Sementara non migas menyumbang USD 14,32 miliar.

"Ada kenaikan pada ekspor migas yaitu pada nilai gas. Sementara pada nilai hasil minyak dan minyak mentah turun," tutur dia.

Secara per sektor dibanding bulan sebelumnya, ekspor Indonesia dari sektor pertanian menurun sebesar 0,92 persen dan mencatat nilai ekspor sebesar USD 0,3 miliar. Kemudian, industri pengolahan naik 6,40 persen mencatat nilai USD 11,59 miliar.

"Pertambangan turun 0,58 persen secara month to month (MTM). Sehingga, ekspor non migas menyumbang 90,62 persen dari total ekspor Oktober 2018," jelasnya.