Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan RI, Mardiasmo mengingatkan semua pihak untuk menangkap peluang di tengah ketidak pastian global.
Saat ini tekanan global membuat dunia ekonomi memasuki era suku bunga tinggi. Mardiasmo menyampaikan hal itu dalam acara The Consumer Banking Forum "The Bank's Journey as a Platform and New Business Model: Menangkap Peluang di Tengah Ketidakpastian Global dan Tekanan Nilai Tukar Rupiah Serta Suku Bunga Tinggi, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Mardiasmo menjelaskan, saat ini perkembangan ekonomi global memang sangat menarik. Setiap negara mempunyai fokus masalah masing-masing yang mesti dibenahi. Mulai dari inflasi yang tinggi, gejolak politik dan lain sebagainya.
Advertisement
Baca Juga
Beberapa negara tersebut misalnya Kanada, Meksiko, Tiongkok, Italia, Pakistan, Turki, Bangladesh dan Afrika Selatan. Mardiasmo mengajak, semua pihak untuk bersama-sama menghadapi tantangan ekonomi global tersebut.
"Sehingga untuk memberikan solusi harus sinergi antar seluruh komponen bangsa untuk menghadapi tantangan yang relatif tidak ringan,” kata Mardiasmo.
Mardiasmo menuturkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi global cenderung moderat. Tren suku bunga tinggi diprediksi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Membuat setiap negara harus menjaga stabilitas kesehatan fiskalnya.
"Ini sesuatu yang perlu kita bicarakan. Tapi yang lebih penting lagi bagaimana peran perbankan. karena ktia ingin supaya (peran perbankan) lebih bagus,” kata Mardiasmo.
Mardiasmo mengungkapkan saat ini Indonesia juga tengah berjuang mengantisipasi atau mitigasi risiko dampak dari tekanan eksternal. Adapun mitigasi risiko yang dilakukan harus sesuai dengan kondisi yang saat ini terjadi.
Dia menganalogikan kondisi tersebut seperti orang yang sedang sakit. Dosis antibiotik yang diberikan harus pas atau sesuai takarannya dengan sakit yang tengah diderita.
"Mitigasi risiko dengan action plan dan dengan langkah yang nyata, pas diagnosisnya dan ukurannya harus pas, jangan over jangan kurang,” ujar dia.
Yang lebih penting, lanjutnya, adalah bagaimana cara pemerintah mengelola dan mengoptimalkan cadangan devisa (cadev) terutama saat ini defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) Indonesia cukup lebar yakni lebih dari 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2018.
Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang dapat mengerem impor dan di lain pihak harus dapat mendongkrak ekspor.
"CAD kita lebih kecil dan positif dorong ekspor, menahan impor dan kebijakan lain yang bsia kita kembangkan," ujar dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
BI: Pertumbuhan Ekonomi Dunia Tak Seimbang
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menilai ekonomi global tumbuh melandai dan tidak seimbang, disertai ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ekonomi AS yang tumbuh kuat pada 2018 diperkirakan akan mengalami konsolidasi pada 2019.
"Namun, ekspektasi inflasi AS tetap tinggi sehingga the Fed diperkirakan melanjutkan kenaikan suku bunga kebijakannya," kata Perry di kantornya, Kamis 15 November 2018.
Sementara itu, di Eropa, pertumbuhan ekonomi cenderung melambat di tengah inflasi yang dalam tren meningkat.
"Normalisasi kebijakan moneter di Eropa yang saat ini dilakukan melalui pengurangan pembelian aset keuangan diperkirakan masih akan terus berlanjut," ujarnya.
Di negara emerging market, pertumbuhan ekonomi China juga terus melambat disebabkan berlanjutnya proses deleveraging di sistem keuangan dan pengaruh ketegangan hubungan dagang dengan AS.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai dan risiko memburuknya hubungan dagang antar negara akan berdampak pada tetap rendahnya volume perdagangan dunia.
"Sejalan dengan itu, harga komoditas dunia menurun, termasuk harga minyak dunia yang kembali menurun akibat prospek meningkatnya pasokan," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement