Sukses

Jokowi Berang karena Kualitas SDM Indonesia Masih Rendah

Saat ini angka pengangguran masih cukup tinggi sebab banyak tenaga kerja low skill yang tidak termasuk kategori syarat bekerja di industri.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengelar rapat bersama jajaran kabinet kerja di Istana Bogor pada Rabu kemarin. Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo ikut hadir dalam rapat tersebut.

Mardiasmo pun bercerita, dalam rapat kemarin, Jokowi marah. Kemarahan Jokowi karena saat ini Sumber Daya (SDM) di Indonesia masih low skill atau kurang memiliki kemampuan dan keterampilan. Padahal selama ini pemerintah sudah jor-joran melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas SDM salah satunya program vokasi atau pelatihan.

“Bapak Presiden saat rapat kemarin marah-marah karena SDM-nya masih belum punya skill, kemampuan, padahal itu ada vokasi," kata Mardiasmo di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Saat ini angka pengangguran masih cukup tinggi sebab banyak tenaga kerja low skill yang tidak termasuk kategori syarat bekerja di industri. Bahkan, tenaga kerja yang memiliki kemampuan tinggi pun masih banyak yang menjadi pengangguran.

Pengangguran yang bukan disebabkan rendahnya kualitas SDM atau istilahnya pengangguran kelas tinggi terjadi karena kurang bersinerginya antara pendidikan dengan lapangan kerja yang tersedia.

"Karena mendidik mereka generalis, sudah S1-S2, tapi bingung kerja di mana, karena tidak nge-link dengan kebutuhan industri," ujarnya.

Menurut Mardiasmo hal itu yang terus menjadi fokus pembangunan pemerintah dan merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi negara yang harus kerjakan. Terlebih saat ini Indonesia memiliki tantangan global dari sisi perekonomian.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Dorong Pertumbuhan Ekonomi, SDM RI Harus Melek Teknologi

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri mengatakan, pemerintah semakin fokus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, SDM yang terampil menjadi kunci untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

“SDM juga harus melek teknologi. Jika SDM di Indonesia melek teknologi, maka pertumbuhan ekonomi kita bisa tumbuh hingga 7 persen,” tuturnya pada Senin 19/ November 2018. 

Menaker Hanif menambahkan, pembangunan ketenagakerjaan selama 4 tahun terakhir menunjukan kemajuan yang cukup baik. Itu ditunjukan dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 67,26 persen, tingkat pengangguran berada yang rendah yakni 5,34 persen, serta tingkat pekerja yang bekerja sektor formal mencapai 43,16 persen.

“Indonesia memiliki modal yang cukup kuat untuk jadi salah satu kekuatan ekonomi dunia sebagaimana hasil riset McKinsey Global Institute yang meramalkan Indonesia menjadi negara ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2030,” ujarnya.