Sukses

Bos Inalum: Caplok Saham Freeport, Kita Bukan Lagi Perusahaan Timbang

Setelah Indonesia memiliki saham mayoritas PT Freeport Indonesia melalui Inalum, Indonesia akan ikut berperan menggarap tambang tembaga Grasberg di Papua.

Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Asahan Alumuni‎um (Inalum) hampir menjadi pemegang saham mayoritas PT Freeport Indonesia, dengan memiliki saham menjadi 51 persen. Kondisi ini akan mengubah sektor pertambangan Indonesia.

Direktur Utama‎ Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, setelah Indonesia memiliki saham mayoritas PT Freeport Indonesia melalui Inalum, Indonesia akan ikut berperan menggarap tambang tembaga Grasberg di Papua.

Dia pun berkelakar, setelah memiliki saham mayoritas, tidak lagi menjadi perusahaan nimba, tetapi menjadi perusahaan pertambangan sesungguhnya.

"Dulu perusahaan tambang bukan nambang tapi nimbang, karena yang ngerjain orang lain. Sekarang enggak lagi," kata Budi, dalam sebuah seminar, di Kawasan Bisnis Sudirman, Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Budi mengungkapkan, Freeport Indonesia memiliki potensi cadangan besar setara dengan USD 170 miliar, pengembangan tambang bawah tanah juga cukup besar. Sambil berkelakar, dia pun mengajak para ahli pertambangan dan geologi untuk bergabung.

"Freeport punya cadangan besar banget. Ayo orang-orang geologi ke tambang lagi," ujar Budi sambil tertawa.

Budi melanjutkan, untuk kinerja keuangan Freeport Indonesia memiliki pendapatan yang sangat baik mencapai USD 7 miliar, keuntungan mencapai USD 2 miliar. 

"Duitnya banyak EBITDA USD 4 miliar, revenue USD 7 miliar, profit USD 2 miliar. Selama ini tidak kita ketahui, semua dibuka setelah jadi hampir miliki kita," ujar dia.

 

2 dari 2 halaman

Inalum Tahan Pembelian Saham Freeport

Sebelumnya, PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) menahan pembayaran untuk pembelian 41,64 ‎ persen ‎saham PT Freeport Indonesia, meski sudah memperoleh modal dari ‎penerbitan global bond sebesar USD 4 miliar.

Direktur Utama Inalum‎ Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini Inalum telah memegang uang untuk membeli saham Freeport Indonesia agar genap dimiliki 51 persen, namun pembayaran belum dilakukan.

Sebab ‎perusahaan tersebut masih menunggu proses peralihan status dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) diterbitkan pemerintah.‎

"Begitu ESDM siap mengeluarkan izin, uang sudah ada," kata Budi di sela diskusi di Jakarta, Jumat 16 November 2018.

Menurut Budi, pembayaran saham harus berbarengan dengan penerbitan status IUPK, ‎dia berharap Freeport Indonesia segera berdiskusi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), agar segera menyelesaikan masalah yang mengganjal penerbitan status IUPK.

"Sama-samalah, seharusnya berbarengan. Freeport mesti diskusi dengan ESDM dan lingkungan untuk bisa menyelesaikan urusan antara mereka. Ntar kalau udah selesai kita bayar, uang sudah ada," tutur Budi.‎

Budi menegaskan, Inalum siap setiap waktu melunasi pembayaran 41,64 ‎ persen ‎saham Freeport Indonesia senilai USD 3,85 miliar. Namun dia tidak bisa memastikan targetnya, karena  masih menanti‎ pemenuhan syarakat untuk mengubah status menjadi IUPK.

‎"Targetnya mesti tanya ke sana. Kalau kita Inalum, anytime siap," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â