Sukses

Investor Asing Borong Saham, IHSG Ditutup Naik 5.990,81

Sebagian besar sektor saham menguat yang dipimpin sektor saham kontruksi.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada penutupan perdagangan saham Kamis (22/11/2018).

Pada penutupan perdagangan saham, IHSG naik 42,75 poin atau 0,72 persen ke posisi 5.990,81. Indeks saham LQ45 menguat 1,20 persen ke posisi 956,63. Sebagian besar indeks saham acuan menguat kecuali indeks saham DBX yang turun 0,18 persen.

Sebanyak 169 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. Selain itu 227 saham melemah dan 112 saham diam di tempat. Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.997,63 dan terendah 5.936,66.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 439.946 kali dengan volume perdagangan 13,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,5 triliun. Investor asing beli saham senilai Rp 219 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi Rp 14.637.

Sebagian besar sektor saham menguat yang dipimpin sektor saham kontruksi. Sektor saham kontruksi naik 1,49 persen, disusul sektor saham keuangan menguat 1,35 persen dan sektor saham industri dasar terdongkrak 1,26 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham POLA naik 24,86 persen ke posisi Rp 442 per saham, saham MINA melonjak 24,81 persen ke posisi Rp 830 per saham, dan saham AKSI mendaki 24,52 persen ke posisi Rp 386 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham HOME merosot 24,70 persen ke posisi Rp 125 per saham, saham SOSS merosot 22,18 persen ke posisi Rp 1.140 per saham, dan saham KONI tergelincir 15,79 persen ke posisi Rp 112 per saham.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tak Sesuai Prediksi

Sebelumnya, pada perdagangan hari ini, analis memprediksikan gerak indeks bakal lebih dominan dipengaruhi oleh sentimen eksternal atau global dibandingkan sentimen domestik.

"Untuk saat ini, fokus masih akan berada di proses Brexit, apalagi menanti pertemuan rancangan kesepakatan pembahasan antara KTT Uni Eropa dan Inggris untuk disetujui," tutur Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia, Maximilianus Nico Demus.

Tak hanya itu, menurutnya, pelaku pasar atau investor kini tak lagi satu suara mengenai kenaikkan suku bunga acuan dari Bank Sentral Eropa pada tahun depan. Hal ini memperlihatkan bahwa investor mulai khawatir terkait outlook ekonomi di kawasan Eropa.

"Konsensus pasar atas kenaikkan suku bunga pertama kali ECB pada bulan Desember 2019, telah turun dari 100 persen menjadi 95 persen. Ini akibat dari masih tingginya tensi antara Italia yang tak mau merevisi proposal anggaran untuk tahun depan," ujarnya.

Nico menambahkan, dalam proposal anggarannya, Italia menargetkan defisit tumbuh 2,4 persen terhadap pertumbuhan ekonomi atau GDP pada tahun depan.