Sukses

PT Angkasa Pura II Bakal Terapkan Konsep Smart Digital Airport

PT Angkasa Pura II akan menerapkan Smart Digital Airport di 15 bandara di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura II akan menerapkan Smart Digital Airport di bandara-bandara yang dikelolanya. Saat ini perusahaan tersebut mengelola 15 bandara di Indonesia.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin menyebutkan ada dua kata kunci untuk mewujudkan hal tersebut yaitu smart dan connected. Pengelolaan bandara tidak lagi hanya fokus pada pembangunan hard infrastructure seperti pembangunan runway, apron atau gedung terminal, namun harus fokus juga pada soft infrastructure.

Dia mengungkapkan, pengunjung ke bandara angka sikologisnya semakin tinggi, mencapai 105 juta kunjungan di tahun 2017. Di tahun ini angka tersebut dipastikan bertambah signifikan.

“Era sekarang pengoperasian bandara harus betul-betul terkoneksi. Aktivitas di bandara sangat kompleks. Airport never sleep,” kata Awaluddin saat bincang-bincang khusus bersama media, di Hotel Mulia, Jakarta, ditulis Jumat (23/11/2018).

Dia menjelaskan, yang dibangun dalam konteks Smart Airport tentu saja smart infrastructure dan connected content. Namun, keduanya saat ini belum rampung seutuhnya.

“Memang belum selesai, kita sedang membangun. Tidak lagi hard infrastruktur tapi juga soft infrastruktur. Kedua adalah connected konten yang dibuat terkoneksi dan pintar,” ujarnya.

Selanjutnya adalah digital community, karena pada saat konsep smart itu diterapkan, maka harus ada sosialisasi dan edukasi terlebih dahulu baik itu terhadap karyawan perusahaan maupun masyarakat selaku pengguna jasa bandara.

“Ke pelanggan dan pengguna jasa di bandara harus sosialisasi juga karena mereka dulu kan tidak terbiasa,” ujarnya.

2 dari 2 halaman

Sudah Mulai Diterapkan

Saat ini beberapa konsep Smart Airport sudah mulai diterapkan di bandara. Salah satunya adalah vending machine pemesanan taksi. Penumpang kini tak perlu lagi mengantri panjang untuk mendapatkan taksi bisa langsungmelakukannya sendiri.

“Kita sudah memulai konsep 4.0, butuh waktu untuk proses harus ada capex (capital index) yang diinvetasikan, ada peningkatan kapabilitas personil kita.” Ujarnya.

Selain itu, saat ini informasi pesawat delay dan aktivitas lainnya yangsebelumnya harus dilakukan di bandara kini bisa diselesaikan melalui sebuahaplikasi yaitu Indonesia Airports Apps.

Awaluddin mengungkapkan Smart Airport ini tujuannya adalah menjadikan orang yang datang ke bandara tidak hanya sekedar naik ke pesawat. Tetapi juga mendapatkan kepuasan yang lain yaitu 3 E (Experience, Expectation, dan Engagement).

“Siapapun di bandara akan ketemu 3 harapan, saya menyebutnya 3E, dia ingin mendapatkan experience yang baik, enggak mau jelek, misal nunggu bagasi lama, taksi enggak dapat-dapat, antrian di check in lama, itu kan akan memberikan experience jelek,” ujarnya.

Kedua pelanggan berharap punya ekspektasi ingin dipahami oleh operator bandara, misalnya waktu tunggu bagasi yang tidak lama, moda transportasi menuju bandara semakin beragam, dan pergerakan antar terminal yang terukur sehingga bisa mencegah keterlambatan naik pesawat.

“Ketiga, pelanggan ingin adanya engagement dari operator bandara kepada mereka. Diberikan sebuah happiness (kebahagiaan) di bandara. Itulah kenapa sekarang kita bikin program-proram creating consument happiness, ada musik-musik di bandara. Jadi orang datang ke bandara itu punya sesuatu yang menyenangkan, bandara tidak membuat repot, tidak ingin membingungkan,”tegasnya.

Dia mengungkapkan digitalisasi ini akan menghaslikan efisiensi hingga 15 persen. "5 sampai 10 persen efisiensi. kalau sudah masif bisa sampai 15 persen efisiensinya," ujarnya.

Konteks operasi dengan menggunakan tools digitalisasi ini akan melahirkanbeberapa peluang baru. Contoh sederhana adalah pengumuman kini tidak lagidicetak mengunakan banner tapi sudah menggunakan layar. Ternyata dariinvovasi tersebut menghasilkan efisiensi serta sumber revenue atau penghasilan.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Video Terkini