Liputan6.com, Jakarta - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk terus menunjukkan kinerja positif. Setelah tahun lalu perusahaan ini merugi USD 81,7 juta kini perusahaan ini mampu menekan kerugian hingga tinggal USD 22 juta.
Bahkan tahun ini PT Krakatau Steel Tbk ditargetkan bisa untung. Misi perusahaan ternyata tidak sekadar untuk mencari keuntungan.
Nampaknya, Silmy Karim sebagai Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk memiliki rencana bisnis jangka panjang, salah satunya peningkatan kapasitas.
Advertisement
Baca Juga
Silmy mengaku, saat ini kapasitas produksi perseroan berkode emiten KRAS ini sekitar 5 juta ton setiap tahun. Tahun depan, perusahaan yang bermarkas di Cilegon, Banten ini menargetkan mampu menigkatkan kapasitas hingga 6,5 juta ton.
"Nanti mulai Maret mesin baru kita datang, itu bisa tingkatkan kapasitas 1,5 juta ton, jadi 6,5 jita ton. Kita sedang berproses menuju 10 juta ton seperti yang diinginkan Pak Jokowi," kata Silmy di Kementerian BUMN, Jumat (23/11/2018).
Untuk menuju 10 juta ton tersebut, Silmy bahkan memiliki rencana untuk mengakuisisi beberapa pabrik baja milik swasta. Pabrik yang akan diambil alih ini di antaranya pabrik yang hampir bangkrut.
Seperti diketahui, banyak pabrik baja swasta di Indonesia yang pada akhirnya hampir bangkrut akibat banjirnya produk-poduk baja dari luar negeri.
Ini lantaran pabrik baja swasta nasional ini tak mampu bersaing dengan produk impor tersebut. Pada akhirnya, hanya perusahaan-perusahaan baja skala besar yang mampu bertahan, seperti PT Krakatau Steel Tbk.
"Lalu, saya punya tahapan setelah sehatkan KS, kepercayaan investor naik dan perbankan juga, disini saya dengan teman-teman BOD mau ambil pabrik baja yang kolaps," ungkap Silmy.
Hanya saja, dirinya belum bisa mengungkapkan berapa pabrik baja yang akan diakuisisi dan dimana saja lokasinya. Yang jelas, pihaknya tengah bernegosiasi dengan beberapa pabrik baja tersebut.
Akuisisi ini tujuannya cuma satu, yaitu demi meningkatkan kapasitas produksi perseroan. Pada 2020, Silmy menargetkan mampu memiliki kapasitas 7-8 juta ton per tahun. (Yas)
Â
Gandeng BUMN Karya
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya sepakat menggunakan baja produk PT Krakatau Steel Tbk.
Ini ditunjukkan dengan penandatanganan kesepakatan PT Krakatau Steel Tbk dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Hutama Karya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk, dan PT Nindya Karya (Persero) pada Jumat (23/11/2018).
Ditektur Utama PT Krakatau Steel Tbk, Silmy Karim mengatakan, ini merupakan bentuk sinergi sederhana antar BUMN dalam mengembalikan kejayaan industri baja nasional.
"Belakangan ini industri baja nasional sedang mendapat cobaan besar. Makanya Bu Menteri dan jajarannya ingin mengembalikan kejayaan industri baja nasional, khususnya Krakatau Steel," ujar Silmy di Gedung Kementerian BUMN, Jumat pekan ini.
Perjanjian ini disepakati bukan tidak ada berbagai pertimbangan. Silmy mengaku selama ini telah menerima banyak masukan dari para penngguna baja, khususnya BUMN karya. Masukan ini mulai dari kualitas hingga harga baja itu sendiri.
Selama ini, industri baja nasional dihantam dengan produk-produk baja induction furnist yang kualitasnya kurang baik tapi memiliki harga yang lebih murah dibandingkan produk baja KS.
"Mulai saat ini kita akan kompetitif dalam hal harga. Tentu tidak bisa turunkan harga seperti produk induction furnist, tapi kita bantu supaya lebih kompetitif," tegas Silmy.
Dengan ada kesepakatan ini, Silmy mengharapkan bisa mendorong penjualan baja KS yang ditargetkan mampu meningkat 15 persen pada 2018.
Seperti diketahui, saat ini konsumsi baja nasional sekitar 18 juta ton baja. Namun, kapasitas industri dalam negeri hanya sekitar 10 juta ton, dengan kapasitas KS saat ini sebesar 5 juta ton per tahun. (Yas)
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement