Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi upaya yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dalam memperkuat nilai tukar rupiah. Alhasil, saat ini kurs rupiah tercatat di level Rp 14.488 per Dolar Amerika Serikat (AS).
Salah satu upaya yang dilakukan BI untuk mengendalikan kurs rupiah dengan menaikkan suku bunga. Hal ini dinilai cukup ampuh untuk mengerek nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Advertisement
Baca Juga
‎"Selamat kepada BI, dan jajaran bahwa di tengah gejolak global yang‎ tengah mengguncang kita, BI terus membela kurs rupiah. Kita sadar betul betapa beratnya pertempuran dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, ‎bulan ke bulan, melakukan intervensi dan menaikkan suku bunga guna stabilkan kurs. Dan Alhamdulillah dalam 2-3 minggu terakhir rupiah menguat signifikan, kemarin sudah kembali pada kisaran 14.500 per Dolar," ujar dia di JCC, Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Tak sampai di situ, lanjut Jokowi, BI juga berani menaikkan suku bunga acuan hingga 6 persen pada pertengahan bulan ini. Hal tersebut dinilai sebuah kejutan yang diharapkan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.
"Dan baru saja kita lihat, 15 November. BI dan jajaran menunjukkan keberanian, memberikan kejutan kepada pasar, menaikkan suku bunga 6 persen. Yang saya anggap berani itu bukan besarnya kenaikan tapi kejutannya. Mengapa‎? bahwa 31 ekonomi yang disurvei, hanya 3 yangpunya ekspektasi BI kenaikan suku bunga itu," jelas dia.
Menurut Jokowi, upaya yang dilakukan BI ini mendapatkan sambutan yang baik dari pasar. Hal tersebut diperlukan di tengah ketidakpastian yang terjadi pada ekonomi global.
"Ini disambut positif oleh pasar dan persepsinya BI tunjukkan ketegasan, determinasi untuk membentengi ‎rupiah dan mungkin dalam bahasa keseharian kita bisa disebut ‎taringnya BI keluar. Keberanian seperti inilah yang kita butuhkan. Di‎saat menghadapi ekonomi dunia banyak ketidakpastian," tandas dia.
Rupiah Melemah Tipis Usai Apresiasi Besar
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Analis melihat pelemahan ini wajar karena rupiah telah mengalami kenaikan yang cukup besar.
Mengutip Bloomberg, Selasa (27/11/2018), rupiah dibuka di angka 14.495 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.475 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.485 per dolar AS hingga 14.504 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,93 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 14.504 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.551 per dolar AS.
Pelemahan nilai tukar rupiah pada Selasa pagi dinilai wajar setelah kemarin mengalami apresiasi.
Baca Juga
"Laju rupiah tertahan pada pagi ini, namun hal itu dinilai wajar setelah pada hari sebelumnya terapresiasi hingga ke angka 14.400-an per dolar AS," kata Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova, seperti dikutip dari Antara.
Dalam pergerakan hariannya, lanjut dia, nilai tukar rupiah di pasar valas akan terus bervariasi sesuai dengan sentimen yang beredar.
"Saat ini faktor ambil untung cukup mendominasi, diharapkan bersifat jangka pendek," katanya.
Menurut dia, dengan fundamental ekonomi Indonesia yang kondusif di tengah ketidakpastian global maka peluang bagi rupiah untuk kembali ke area positif masih terbuka.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan mata uang kuat Asia seperti yen Jepang dan dolar Hong Kong bergerak menguat terhadap dolar AS, itu bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah.
"Diperkirakan rupiah dapat bergerak menuju kisaran 14.450 per dolar AS hingga 14.470 per dolar AS dengan tetap dalam penjagaan Bank Indonesia," katanya.
Tonton Video Ini:
Â
Advertisement