Sukses

Ditentang Erdogan, Yayasan Miliarder Soros Tutup di Turki

Yayasan Open Society milik miliarder George Soros terpaksa tutup setelah mendapat oposisi dari Erdogan.

Liputan6.com, Ankara - Yayasan milik miliarder George Soros terpaksa tutup karena dikecam oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Alasannya, Erdogan menuding yayasan tersebut memecah belah bangsa.

Dilansir dari Al Arabiya, yayasan bernama Open Society itu disebut sebagai dalang dibalik protes besar Gezi Park pada 2013 lalu. Nama Soros dituduh Erdogan sebagai pria dibalik Osman Kavala, seorang pebisnis dan advokat HAM yang berusaha membangkitkan protes Gezi.

"Ia (Soros) adalah pria yang menugaskan orang untuk memecah belah bangsa-bangsa dan merusaknya. Ia menghasilkan banyak uang dan memakainya dengan cara begitu," ujar Erdogan sembari membahas latar belakang agama sang miliarder.

Koran pro-pemerintah Sabah menyebut yayasan itu memberi transfer ke organisasi Kavala untuk digunakan pada protes Gezi. Uang sejumlah 1,9 juta lira disebut dikirimkan antara Agustus 2011 dan April 2017.

Open Society membantah hal itu dan berkata selalu melaporkan ke pemerintah Turki tentang institusi mana yang mendapatkan donasi. Pihak yayasan pun menuding ada upaya mengaitkan Open Society ke protes Gezi.

"Bertambahnya klaim tanpa dasar dan spekulasi tidak proporsional di media pada beberapa hari belakangan telah membuat tidak memungkinkan bagi yayasan untuk melanjutkan pengoperasiannya," ujar pihak yayasan.

Soros merupakan seorang miliarder yang aktif di bidang politik. Ia berasal dari keluarga Yahudi di Hungaria yang pindah dari negaranya ketika Perang Dunia II. Latar belakang Soros membuatnya kerap disebut di isu-isu konspirasi politik baik di Timur Tengah, Indonesia, termasuk dituding sebagai dalang protes berbayar oleh Presiden Donald Trump.

2 dari 2 halaman

Soros Sempat Jadi Sasaran Bom

Miliarder George Soros tidak gentar meskipun sempat dikirim paket bom. Ia berjanji akan terus memberi donasi menjelang Pemilu Midterm (legislatif dan kepala daerah) AS.

Sebagaimana diberitakan, sejumlah simpatisan Partai Demokrat dikirim paket bom pipa oleh Cesar Sayoc. Selain para politikus, miliarder Tom Steyer dan George Soros juga menjadi target. 

Dilansir dari CNBC, Soros akan terus berkontribusi mendukung Partai Demokratik. Apalagi Pemilu Midterm hanya tinggal seminggu lagi, yakni 6 November 2018.

Michael Vachon selaku penasihat top Soros mengungkapkan meski sang miliarder telah menyumbang, tetapi masih ada kemungkinan baginya untuk terus melakukannya pasca terjadinya teror bom.

"George sudah memberikan kontribusi (politiknya) di masa awal kampanye," ucap Vachon seraya menambahkan bahwa tidak tertutup kemungkinan Soros akan lanjut memberi sumbangan.

Rumah Soros di New York City kedapatan paket bom pada 23 Oktober lalu. Bom ditemukan di kotak surat rumahnya, beruntung bom berhasil diintersepsi sebelum meledak.

Soros adalah miliarder dari sektor finansial yang hobi memberi donasi di dunia politik, bahkan di Indonesia namanya kerap disebut-sebut. Menurut Forbes, hartanya sebesar USD 8,3 miliar.

Video Terkini