Sukses

Perang Dagang Buka Peluang Ekspor Industri Komponen Pesawat RI

Kekhawatiran adanya perang dagang karena AS-China cenderung tidak mau mengalah dan saling menaikkan tarif impor komoditas.

Liputan6.com, Jakarta Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih terus memunculkan sejumlah kekhawatiran terutama di negara berkembang. Kekhawatiran muncul karena kedua negara besar tersebut cenderung tidak mau mengalah dan saling menaikkan tarif impor komoditas.

Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, perang dagang ini sebenarnya memberi dampak positif bagi Indonesia terutama bagi industri komponen pesawat. Mengingat Indonesia memiliki potensi dalam sektor tersebut.

"Ada juga yang positif misalnya pengangkutan dan komponen pesawat. Jadi dengan adanya perang dagang, ini jadi kesempatan emas untuk dimanfaatkan, apalagi di Batam itu bisa," ujar Enny di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Selain itu, kata Enny, dengan adanya perang dagang ini aliran dana asing atau Foreign Direct Investment (FDI) sebenarnya semakin banyak masuk ke Asia. Oleh karena itu, industri Indonesia diharapkan lebih gesit untuk memanfaatkan peluang ini.

"Jadi dampak negatif dari perang dagang ini lebih sedikit daripada positifnya, tapi masalahnya bagaimana potensi ini bisa dimanfaatkan? Tinggal bagaimana potensi FDI (Foreign Direct Investment) yang sudah ada di Asia, bisa mampir ke Indonesia," paparnya.

Lebih lanjut Enny menjelaskan, dampak peningkatan tarif dari AS terhadap China tidak hanya membawa dampak positif. Tetapi juga memberi beberapa dampak negatif pada beberapa sektor yang bahan bakunya di impor dari Indonesia ke AS dan China.

"Memang ada beberapa sektor yang terpengaruh, misalnya tekstil, benang, pakaian jadi, permadani, itu semua langsung kena dampak negatif," tandasnya.

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

JK Ikut Bahas Perang Dagang China-Amerika di KTT G20

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) bertolak ke Buenos Aires, Argentina, Rabu (28/11/2018). Dia menghadiri KTT G20 yang akan digelar pada 30 November - 1 Desember 2018.

JK menjelaskan, salah satu yang akan dibahas yaitu terkait perang dagang antara China dan Amerika Serikat.

"Dibicarakan ialah bagaimana meredam kemungkinan terjadinya perang dagang antara China-AS dan bagaimana adanya gejala-gejala ekonomi dunia ini bisa menurun, bisa resesi," kata JK di kantornya, Selasa 27 November 2018.

"Karena pasti keterlibatan ekonomi ini karena yang namanya globalisasi kalau ada yang kena, pasti akan melebar ini masalah lebih mendalam masalahnya dan itu sangat berbahaya apa bila tidak diredam," tambah Jusuf Kalla.

Tidak hanya itu, rencananya JK juga akan melakukan pertemuan bilateral. Terdapat tiga negara yang akan bertemu yaitu Argentina, Arab Saudi, Turki, Brazil dan Australia. Agenda lainnya adalah pertemuan dengan warga Indonesia di Buenos Aires.

"Kita juga minta beberapa kepala negara untuk bertemu," ungkap JK.

Wapres JK didampingi Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara serta Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Syafruddin. Sedangkan Menteri Keuangan Sri Mulyani telah terlebih dahulu berangkat.