Sukses

Kenaikan Suku Bunga BI Tidak Berdampak Pada Pertumbuhan Ekonomi

Kenaikan suku bunga tersebut diambil sebagai langkah BI untuk menurunkan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menaikkan BI 7- Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 6,00 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) beberapa waktu lalu. Kenaikan suku bunga tersebut diambil sebagai langkah BI untuk menurunkan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Lantas apakah dengan kenaikan suku bunga acuan BI juga akan memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia?

Chief Economist Cimb Niaga, Andiran Panggabean menjelaskan, kenaikan suku bunga BI sebetulnya tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Justru kenaikan suku bunga tersebut akan menurunkan tingkat perekonomian di Indonesia.

"Jadi memang menaikkan suku bunga impact-nya akan menurunkan tingkat perekonomian supaya impornya turun," kata Andrian di Graha Chimb Niaga, Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Andiran mengatkan, selama ini pertumbuhan ekonomi berjalan stagnan. Itu dikarenakan pertumbuhan impor lebih besar dibandingkan ekspor. Sehingga itu mengakibatkan CAD kian melebar.

Andiran menilai untuk meredem laju impor langkah BI untuk menaikan suku bunga acuannya dinilai tepat, meskipun pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh besar dengan kenaikan suku bunga ini.

"Tujuan untuk mengerem impor memang dengan menaikan suku bunga agar supaya dinamika bisnis itu kerem," imbuhnya,

Seperti diketahui, defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2018 tercatat sebesar USD 8,8 miliar atau 3,37 persen terhadap PDB, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit kuartal sebelumnya sebesar USD 8,0 miliar atau 3,02 persen terhadap PDB.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Bos BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat Jadi 3,7 Persen di 2019

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi ekonomi global sepanjang 2018 hanya tumbuh 3,73 persen. Sedangkan pada 2019, pertumbuhan ekonomi global melambat ke level 3,70 persen.

"Pertumbuhan ekonomi dunia yang pada tahun 2018 diperkirakan sekitar 3,73 persen kemungkinan akan melandai ke 3,70 persen pada 2019," ujar Perry dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia di JCC, Jakarta, Selasa (27/11).

Perry mengatakan, ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tahun ini tumbuh tinggi, diperkirakan akan menurun pada 2019. Sementara, ekonomi Uni Eropa dan China akan tumbuh melandai dari tahun 2018 ke 2019.

Perkembangan tersebut, kata Perry, mendorong volume perdagangan dan harga komoditas dunia yang tetap rendah. Hal ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk mendorong ekspor sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.

"Karenanya menjadi tantangan bagi upaya kita untuk menjadikan ekspor sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, tekanan inflasi mulai tinggi di AS dan cenderung akan meningkat di Uni Eropa dan sejumlah negara lain," tandasnya.