Sukses

Sentimen Dalam Negeri Dongkrak Rupiah hingga Sentuh 14.339 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.339 per dolar AS hingga 14.465 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Kamis ini usai mengalami tekanan pada kemarin.

Mengutip Bloomberg, Kamis (29/11/2018), rupiah dibuka di angka 14.465 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.529 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.339 per dolar AS hingga 14.465 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 5,88 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.408 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.535 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, pelemahan rupiah sempat menghalangi potensi penguatan rupiah, namun masih adanya sejumlah sentimen positif domestik membuat rupiah kembali perkasa.

"Adanya keputusan BI mempertahankan kebijakan pre-emptive dan ahead the curve guna menjaga stabilitas ekonomi pada 2019, berpotensi membuat suku bunga semakin meningkat, sehingga pelaku pasar cenderung bereaksi negatif, meskipun akan positif untuk pergerakan rupiah," ujar Reza dikutip dari Antara.

Ia menuturkan, sentimen negatif diharapkan dapat lebih berkurang sehingga laju rupiah tetap bertahan positif.

"Adanya komentar The Fed terkait dengan arah suku bunga yang cenderung netral membuat kenaikan dolar AS tertahan sehingga diharapkan dapat direspon positif rupiah untuk dapat berbalik naik," katanya.

Nilai tukar rupiah hari ini diperkirakan akan bergerak di kisaran 14.530 per dolar AS hingga 14.515 per dolar AS.

Sebelumnya, pergerakan dolar AS yang cenderung menguat jelang pertemuan KTT G-20 Summit yang akan mempertemukan Presiden Xi Jinping dan Presiden Trump, berimbas pada pergerakan sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah yang berbalik melemah.

Di sisi lain, sejumlah sentimen positif dari dalam negeri belum cukup mampu mengangkat rupiah yang dibarengi dengan penguatan dolar AS tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Rupiah Diprediksi Kembali Melemah pada 2019

Sebelumnya, peneliti Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri memprediksi rupiah masih melemah hingga 2019. Prediksi ini dengan melihat produktivitas Indonesia yang mengacu pada Current Acoount Deficit (CAD) yang belum juga menunjukkan performa optimal.

"Fenomena jangka pendek rupiah bisa menguat. Tahun depan jangka menengah, 99 persen rupiah akan melemah. Kalau bicara jangka panjang, hubungan rupiah dengan CAD itu erat sekali," ujar Faisal pada Rabu 28 November 2018. 

Dia mengatakan, pelemahan rupiah sebenarnya tidak hanya terjadi tahun ini saja. Pada 2017, rupiah melemah dan CAD defisit namun dapat diatasi dengan jumlah uang yang masuk ke Indonesia cukup besar.

"2017, CAD kita defisit USD 17 miliar tapi uang yang masuk USD 22 miliar. Tetap rupiah melemah rerata tahunannya. Tapi melemahnya sangat sopan, sedikit sekali karena capital inflow-nya lebih banyak," jelasnya.

Lebih lanjut, Faisal menambahkan, pada 1998 hingga 2011, CAD Indonesia mengalami surplus, namun tetap diiringi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi saat ini di mana rupiah dan defisit CAD sama-sama melemah.

"Tengok 1998 hingga 2011, CAD kita surplus. Rupiahnya masih menguat melemah, menguat melemah. Nggak melemah terus. Tapi sejak 2012 CAD kita defisit terus, rupiah enggak pernah menguat. Dan 2018, CAD naik rupiahnya juga melorot. Ini Rp 14.220 itu rerata kurs tahun ini sampai 21 November," katanya.

"CAD kita defisit Januari hingga September USD 22 miliar. Jauh lebih besar dari tahun lalu yang USD 17 miliar. Sekarang uang yang masuk hanya USD 11 miliar. Kalau tahun lalu USD 21 miliar. Ya kelepek-kelepek lah," tandasnya.