Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Panjaitan, membantah selama ini bangsa Indonesia hidup dari utang, bahkan saat ini Indonesia justru menjadi salah satu negara yang paling rendah untuk urusan utang.
"Jadi kita termasuk ke negara yang paling rendah untuk utang. Jadi kalau banyak yang bicara kita hidup dari utang itu tidak benar," kata dia seperti dikutip dari Antara, Senin (3/12/2018).Â
Ia menjelaskan, utang Indonesia digunakan untuk pembiayaan sektor-sektor produktif seperti pembangunan. Sementara itu, Indonesia memanfaatkan sumber pendanaan lain untuk membiaya program-prgram untuk masyarakat, baik dari pajak maupun penerimaan negara lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Utang yang ditanggung pemerintah pun, kata Luhut, saat ini dikelola dengan baik sehingga tidak membebani keuangan negara. Buktinya, Indonesia masih mampu menekan inflasi di bawah 3,5 persen, dimana merupakan pencapaian yang baik.
"Kita bisa menjadi contoh di emerging market karena kita mampu mengelola state budget kita sangat kredibel. Jadi kalau sekarang kita punya inflasi di bawah 3,5 persen, itu adalah satu capaian yang bagus karena selama 12 tahun terakhir ini kita tidak bisa pada posisi seperti itu," ucapnya.
Luhut juga menjelaskan pula, rasio utang Indonesia masih tergolong rendah karena hanya sekitar 29 persen dari GDP nasional. Angka itu jauh dari angka yang ditentukan, yaitu 60 persen.
Ia bilang, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah berjalan cukup baik jika dibandingkan negara lain di dunia. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup diapresiasi Bank Dunia dan IMF.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tax Ratio
Kemudian alasan selanjutnya, Indonesia memiliki GDP yang cukup besar, di sekitar angka Rp 1,1 triliun. Selain itu, ada pula kebijakan pengampunan pajak yang berdampak pada meningkatnya rasio penerimaan pajak nasional.
Ia menjelaskan, tax ratio RI untuk pertama kalinya ada di angka 12,1 persen di tahun ini. Intinya kata Luhut, penerimaan negara dari pajak meningkat karena orang yang membayar pajaknya bertambah.
"Kenapa bertambah, karena itu akibat dari tax amnesty. Kita berharap, dalam 2-3 tahun ke depan tax ratio kita akan bisa 15 persen. Artinya kalau 15 persen dari Rp 16 ribu triliun GDP kita itu kira-kira kita akan bisa menerima mungkin Rp 2.400 triliun," ucap dia.
Advertisement