Sukses

Ada Penembakan, Kementerian ESDM Tunda Bagi Lampu Hemat Energi di Papua

Masyarakat Kabupaten Nduga, Papua harus menunda menikmati penerangan dari Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE).

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Kabupaten Nduga, Papua harus menunda menikmati penerangan dari Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). Ini karena aksi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKKB) yang menembak pekerja yang membangun jembatan di Trans Papua.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Andy Noorsaman Sommeng ditugaskan membagikan LTSHE di Papua pada 13 Desember 2018. Namun, rencana tersebut harus tertunda, karena pihak keamanan melarang untuk mengunjungi wilayah tersebut, akibat adanya aksi penembakan yang dilakukan KKB.

"Saya mau ke sana tadinya mau bagikan lampu LTSHE. Tapi kalau otoritas di sana bilang enggak, ya enggak bisa," kata Andy, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (4/12/2018).

Andy menuturkan, aksi penembakan KKB tersebut menggangu proses penyerahan LTSHE. Akan tetapi, pihaknya harus mengikuti ketentuan yang telah diatur pihak keamanan.

"Kalau militer bilang enggak boleh, tunggu acc dulu. kalau sudah masuk wilayah militer, siapapun yang masuk ini berbahaya, mengancam," tutur dia.

Terkait, pembangunan infrastruktur kelistrikan, Andy belum mendapat laporan pembangunan jaringan kelistrikan di Papua terganggu akibat ulah KKB tersebut.

"Kebetulan yang di sana, ke arah pembangunan distribusi, belum ada laporan dari sana,” ujar dia.

 

2 dari 2 halaman

Kronologi Kejadian

Sebelumnya, sebanyak 31 pekerja proyek Trans Papua dibunuh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Adapun pembantaian itu terjadi ketika para pekerja sedang membangun jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

"31 orang meninggal dunia," ujar Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Papua, AKBP Suryadi Diaz kepada JawaPos.com, Senin 3 Desember 2018.

Kejadian ini dilaporkan masyarakat hari ini sekitar pukul 15.30 WIT. Namun pembunuhan terhadap para pekerja proyek Istaka Karya tersebut terjadi pada Minggu 2 Desember 2018 lalu.

"Didapati, 31 orang ditemukan tewas. 24 orang dibunuh hari pertama, 8 orang yang sempat menyelamatkan diri di rumah anggota DPRD dijemput dan dibunuh, 7 orang meninggal dunia dan 1 orang belum ditemukan atau melarikan diri," kata Diaz menyampaikan informasi terakhir yang didapatkan sekitar pukul 22.35 WIT.

Bermula pada Sabtu 1 Desember 2018 sekitar pukul 20.30 WIT, Project Manager PT Istika Karya Cahyo mendapat telepon dari nomor yang biasa dipegang oleh Koordinator Lapangan, Jhoni. Dia yang memegang pengerjaan proyek pembangunan jembatan Habema-Mugi.

Namun di sambungan telepon itu, Cahyo tidak paham dengan maksud pembicaraan dari balik ponsel Jhoni.Di sisi lain, PPK Satker PJN IV PU Binamarga wilayah Habema-Kenyam, Monang Tobing mengaku melakukan komunikasi melalui SMS dengan Jhoni pada 30 November 2018.

Sementara itu, informasi dari pos Satgaspamrahwan 755/Yalet di Napua-Wamena bahwa pada 30 November 2018 pukul 04.00 WIT tercatat 1 mobil Strada bermuatan BBM Solar milik PT Istaka Karya menuju Camp Istaka Karya di Distrik Yigi. Dikemudikan MS, mobil tersebut juga membawa 5 orang pegawai dan tiba kembali di Wamena pada pukul 18.30 WIT.

Selanjutnya pada 1 Desember pukul 02.00 WIT, tercatat 2 mobil menuju ke Camp Distrik Yigi dengan masing-masing membawa 15 orang pekerja proyek dari PT Istaka Karya. Kemudian pada 2 Desember, pukul 20.00 WIT 1 mobil Strada kembali ke Wamena dan berangkat lagi ke Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini: